Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Jangan Ucapkan Kata Sabar pada Orang yang Sedang di Titik Terendah?

31 Januari 2023   03:30 Diperbarui: 11 Februari 2023   12:17 3745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa jangan ucapkan kata sabar pada orang yang sedang di titik terendah | Dokumen pribadi oleh Inosensius I. Sigaze.

Tanpa kata-kata peneguhannya, tapi saya menangkap pesan, "mengapa saya yang sehat ini menjadi murung dan bersedih, karena dia yang sakit saja masih bisa menunjukkan keceriaan."

Sering terjadi dalam hidup ini bahwa kita menjadi sadar dan mengerti betapa konyol situasi kita, setelah kita melihat keadaan orang lain. Bahkan kadang kita melihat betapa konyol diri kita, padahal tidak sekonyol apa yang dialami orang lain.

Keseimbangan cara pandang dan rasa syukur

Pengalaman demi pengalaman berbicara dengan orang-orang sakit, saya seperti dibawa kepada kesadaran baru bahwa betapa pentingnya keseimbangan cara pandang dan rasa syukur itu.

Tanpa ada keseimbangan cara pandang, kita mungkin gampang jadi orang yang selalu menuduh Tuhan sebagai yang tidak adil. Jika tanpa ada keseimbangan cara pandang, maka kita gampang menjadikan orang lain kambing hitam.

Tanpa ada keseimbangan cara pandang, maka kita akan mengecilkan diri sendiri dan hanya bisa mengutuk diri sendiri. Tanpa ada cara pandang yang seimbang, maka kita mudah menghakimi alam di sekitar kita.

Dalam hal ini, sangat penting keseimbangan cara pandang terkait 4 hal ini: Terhadap Tuhan, sesama manusia, diri sendiri dan alam. Nah, untuk menjaga keseimbangan 4 hal itu, tentu saja tidak mudah.

Kita mungkin perlu latihan memperoleh cara pandang yang seimbang itu dalam keseharian hidup kita.  Katakan saja, seburuk-buruknya situasi saya saat ini, tentu saja masih ada orang lain yang situasinya lebih buruk dari saya.

Sebenarnya dalam situasi saya yang "buruk" ini, tentu saja saya masih punya potensi untuk menolong orang lain yang saya tahu situasinya jauh lebih  buruk dari saya.

Saya membayangkan jika banyak orang memiliki cara pandang seperti itu, bisa saja akan ada banyak orang mengucapkan rasa syukur mereka setiap hari.

Rasa syukur bukan karena nyatanya bahwa situasinya jauh lebih baik dari orang lain, tetapi bahwa dalam situasi keterpurukannya, dia masih bisa melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain.

Hidup ini akan jadi indah, jika orang yang berpikir positif tidak hanya bertemu dengan orang yang berpikir positif, tetapi sebaliknya bertemu dengan orang yang sedang tidak seimbang, lalu kembali dibawa kepada ketenangan dan keseimbangan cara berpikirnya.

Oleh karena itu, bertemu orang lain, bertemu orang sakit atau mereka yang sedang di titik terendah sebenarnya tidak boleh menjadi momen yang menakutkan, tetapi merupakan momen indah yang bisa saling mengubah, sekurang-kurangnya mengubah cara pandang.

Hidup manusia lebih dikendalikan oleh cara berpikir manusia sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun