Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Jangan Ucapkan Kata Sabar pada Orang yang Sedang di Titik Terendah?

31 Januari 2023   03:30 Diperbarui: 11 Februari 2023   12:17 3755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa jangan ucapkan kata sabar pada orang yang sedang di titik terendah | Dokumen pribadi oleh Inosensius I. Sigaze.

Dalam pembicaraan awal teman itu sudah memberontak dengan tangisan dan kemarahan pada Tuhan. Di sana muncul sedertan pertanyaan yang saya sendiri tidak sanggup menjawabnya.

Saat itu, saya hanya tertunduk diam, tanpa kata-kata. Saya memberikan simpati sepantasnya dan menjadi pendengar gugatannya secara tenang.

Tangisan dan kekesalan akhirnya berlalu, dan saya hanya bertanya apakah saya boleh bicara. Pada saat itu, ia bisa diajak bicara dan saya hanya menceritakan pengalam saya bertemu orang lain yang sembuh.

Larut dalam cerita itu, bahkan sampai lupa sakitnya apa. Lalu kami bisa tertawa terbahak-bahak, bahkan anehnya ia sendiri bisa menertawakan dirinya sendiri kenapa tadinya begitu marah.

Suasana cerita penuh canda dan kegembiraan itu ternyata bisa mengubah suasana batin yang sakit jadi gembira, bahkan raut wajah pun berubah ceria bersinar.

Yang terpojok di sudut kesepian dengan rasa sakit tak terelakan itu, akhirnya berlalu dengan tawa dan sukacita tanpa kata sabar, tenang dan pasrah.

Aneh, tapi itu kenyataan, kekuatan tertawa dan cerita-cerita yang menggembirakan hati jauh lebih berdaya menyembuhkan dari pada berkali-kali senandung kata sabar, tenang dan pasrah.

Takut berbicara dengan orang sakit?

Pengalaman berjumpa dengan orang sakit, apalagi mendengarkan cerita mereka, itu ternyata tidak bisa oleh semua orang tanpa suatu persiapan batin dan wawasan yang seimbang.

Tidak bermaksud untuk menakut-nakuti siapa saja, tetapi bahwa ketakutan untuk berjumpa dengan orang sakit itu pasti ada. Apalagi ketika kita sendiri sedang dalam suasana batin yang tidak menyenangkan.

Nah, pengalaman membuktikan bahwa ternyata ada kenyataan yang tidak terduga seperti bahwa ada orang sakit yang wajahnya tidak sakit.

Orang sakit yang terbaring di rumah sakit, tetapi wajahnya begitu ceria. Ia memang telah divonis oleh tim dokter bahwa ada cairan pada bagian paru-parunya, dan karena itu cairan pada paru-parunya harus disedot.

Pada kondisi seperti itu, ia masih punya wajah ceria. Nah, itu yang mengubah cara pandang saya, mengapa takut berbicara dengan orang sakit.

Tidak terduga bahwa orang sakit juga bisa menguatkan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun