Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa 4 Negara Ini Belum Cerdas Berlalu Lintas?

3 November 2022   21:51 Diperbarui: 4 November 2022   13:16 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa 4 negara ini belum cerdas berlalu lintas | Dokumen pribadi oleh Ino

Kedisiplinan dan mentalitas respek pada makhluk hidup dan keselamatan perlu ditanamkan sejak dini dari rumah dan orangtua perlu merasa bertanggung jawab atas edukasi itu sendiri.

Sorotan tema tentang cerdas berlalu lintas oleh Kompasiana kali ini seakan membangunkan ingatan dan kenangan di beberapa negara di Eropa. Kenangan tentang cara pengemudi mengendarai kendaraan mereka di jalan umum.

Ternyata setiap negara berbeda, mentalitas dan kedisiplinan dalam berlalu lintas. Tidak bermaksud membanding-bandingkan satu negara dengan negara lainnya, sebenarnya hanya mau mengungkapkan kenyataan yang pernah dilihat sendiri.

Melihat kenyataan itu lalu mulai merefleksikannya, mengapa terjadi seperti itu? 

Saya bersyukur karena kenyataan lalu lintas di Jerman ternyata cukup teratur dan tingkat kedisiplinan dan kesadaran pengendara cukup tinggi tentang pentingnya nilai keselamatan makhluk hidup.

Standar respek pada kehidupan merupakan standar utama yang harus diperhatikan. Umumnya, jika pengendara itu ceroboh di jalan, maka konsekuensinya selalu ganda, tidak hanya keselamatan orang lain akan terancam, tetapi juga keselamatan diri sendiri pun akan menjadi kritis.

Kedisiplinan yang ditanamkan sejak dini

Cerdas berlalu lintas bisa saja merupakan kualitas yang tidak datang begitu saja. Kualitas itu tumbuh dari latar belakang budaya manusia umumnya. Budaya bangsa yang menghormati keselamatan manusia, mungkin akan membentuk karakter manusianya menjadi lebih respek. Tentu saja ini bukan hanya semacam teori saja.

Di Jerman, rupanya orang dewasa akan dituntut keteladanannya di jalan. Apalagi berhadapan dengan anak kecil, orang dewasa harus menunjukkan kedisiplinan secara dewasa dan benar.

Misalnya, jika lampu merah, maka harus berhenti. Sebaliknya berlaku aturan jika di hadapan anak kecil, orang dewasa tetap tidak peduli meski lampu merah, maka bisa didenda (Strafe) bisa dengan bayaran tertentu.

Kenyataan seperti itu, tentu saja sangat baik agar anak-anak bisa belajar tentang hal yang benar sejak kecil. Dan umumnya orang tua selalu memberikan penjelasan kepada anak-anak mereka, mengapa mereka harus berhenti ketika lampu merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun