Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Alasan Pentingnya PR dan Proses Kontinuitas Belajar

28 Oktober 2022   18:05 Diperbarui: 3 November 2022   04:35 1770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa sekolah mengerjakan PR dibantu oleh ibunya. Sumber: Kompas/Priyombodo

Tidak ada yang sia-sia dari pengalaman mengerjakan PR, justru keuntungannya pernah saya peroleh dan saya merasakannya hingga sekarang.

Pekerjaan rumah (PR) telah setua usia kemerdekaan bangsa Indonesia berlaku di Indonesia. Di Eropa sistem pekerjaan rumah bisa saja setua usia bangsa itu mengenal kata pendidikan. Pendidikan formal di mana saja di seluruh dunia ini pasti mengenal pekerjaan rumah (PR). 

Dulu saya pikir pekerjaan rumah itu hanya ada di Indonesia. Memang ada rasa tidak suka dengan pekerjaan rumah. Namun, pada saat itu semua siswa dan mahasiswa/i tidak ada pilihan lain. 

Pekerjaan rumah pada masa itu dilihat sangat positif. Bahkan ketika tiba di Jerman, saya mengenal kata lain untuk pekerjaan rumah ada juga di sini, ya Hausaufgaben. Setiap setelah pelajaran selalu saja ada pekerjaan rumah. 

Pekerjaan rumah itu tidak lain merupakan suatu pekerjaan yang hendaknya dilakukan di rumah. Sebuah latihan pribadi yang dilakukan umumnya di luar konteks sekolah formal. 

Memang belum banyak orang bertanya, mengapa perlu Hausaufgaben? Bisa saja masing-masing orang punya jawaban sendiri. Nah, oleh karena itu, dalam tulisan ini, saya ingin memberikan alasan, mengapa pekerjaan rumah itu sangat penting dari pengalaman pribadi. 

Ada beberapa alasan yang bisa saya angkat kembali saat ini:

1. Belajar itu adalah suatu proses berlanjut

Setelah meraih Sarjana dan sejenak menarik nafas untuk melihat kembali ke belakang, saya menyadari bahwa pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia telah mengarahkan anak didik kepada suatu kebiasaan (habitus) yang berlanjut (Kontinuität). 

Saya semakin mengerti betapa pentingnya pekerjaan rumah itu ketika saya mengenal kata studi dari kata aslinya dalam bahasa Latin, studere yang berarti ich bemühe mich um etwas atau saya berjuang sungguh-sungguh untuk meraih sesuatu. Dalam pengertian seperti itu, sebenarnya belajar itu tidak hanya di sekolah, tetapi juga harusnya berlanjut di rumah. 

Rumah umumnya dikenal sebagai tempat pertama berlangsungnya proses pendidikan nonformal. Dalam arti seperti itu, pekerjaan rumah bisa menjadi afirmasi dari pemahaman tentang pendidikan nonformal. Tanpa pekerjaan rumah tentu saja bisa berarti telah mengurangi kemungkinan berlangsung pendidikan nonformal di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun