Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ada 3 Solusi Menepis Quiet Quitting dan Quiet Firing

23 September 2022   13:42 Diperbarui: 24 September 2022   09:30 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana tim kerja di kantor| Dok iStockphotos/amenic181 via parapuan.co

Hal yang juga penting diketahui oleh pimpinan adalah bahwa tidak semua pembicaraan empat mata yang serius itu adalah momen yang efektif dan berkualitas. 

Nah , dari situ sebenarnya sangat diperlukan suasana santai atau locker, di mana orang bisa bercanda sambil makan makanan ringan di mana saja. Intinya adalah menciptakan suasana santai dan rileks lalu bisa berbicara perlahan-lahan sampai ke suasana batin perorangan.

3. Perlunya kerendahan hati agar suasana baru bisa berubah

Poin tentang kerendahan hati ini bisa berfungsi dua arah. Seorang pimpinan perusahan bisa juga harus bersikap humble untuk menyapa dan bertanya kepada karyawan dan bawahannya tanpa segan-segan, bahkan perlu memberikan perhatian dan hadiah sepantasnya.

Demikian juga humble itu sangat perlu juga dari karyawan dan bawahan. Coba dibayangkan betapa susahnya mencari pekerjaan saat ini. Oleh karena itu, sebenarnya adalah sebuah syukur jika sudah bisa bekerja.

Apa yang akan terjadi ketika quiet quitting itu dibalas tidak dengan quiet firing tetapi dengan mengeluarkannya dari perusahan, tentu merupakan malapetaka besar bukan?

Nah, oleh karena siapa saja perlu memiliki spiritualitas kerendahan hati dan bersyukur yang perlu dilengkapi dengan gairah kerja yang sungguh-sungguh jujur dan berkualitas.

Tanpa ada kesadaran itu, maka suasana beku dan ruwet di perusahan tidak akan berubah, bahkan bisa saja akan semakin buruk. Dai kesadaran itulah, sebenarnya orang tetap bersyukur memiliki pekerjaan dan bersikap humble itu bisa menjadi suatu peluang untuk dipromosikan ke posisi yang lebih penting.

Posisi akan berubah, jika kualitas diri pribadi, loyalitas kerja, humble itu terlihat jelas dalam diri seseorang. 

Beberapa catatan itu, akhirnya merujuk pada kesimpulan bahwa tidak harus bahwa quiet quitting itu dibalas dengan quiet firing, tetapi orang perlu mencari jalan lain berupa:

  • Penyegaran dan refresing

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun