Kenyataan di desa-desa akhir-akhir ini
Muncul di tengah masyarakat sekelompok orang yang bergerak dalam dunia bisnis keuangan dengan sistem seperti jemput bola. Mereka akan bepergian tidak lelah-lelahnya ke masyarakat desa.
Tujuan gerilya mereka adalah menawarkan pinjaman kepada masyarakat. Tidak peduli jalan itu buruk, penuh risiko. Semua itu mereka lakukan, mengapa?
Rupanya jika pihak bank tidak aktif menemukan cara yang menjadikan masyarakat itu percaya dan menjadi sandaran usaha mereka, maka bank itu pasti akan menjadi begitu pasif.
Oleh karena itu, prediksi dari kenyataan suku bunga 0 persen itu bisa saja menjadi sebuah alarm yang merujuk kepada beberapa hal ini:
Alarm krisis keuangan dan perbank di Indonesia sudah mulai tiba diambang pintu bersamaan dengan angka inflasi yang terus meroket. Â Coba bayangkan di bulan Juli 2022 terjadi inflasi sebesar 0,64 % dengan indek harga konsument (IHK) sebesar 111,80. Bahkan rilisan data dari pusat statistik menunjukkan angka inflasi terbesar di kota Kendari mencapai 2, 27. (BPS Indonesia).
Perlunya penguatan ekonomi yang berbasiskan pada ekonomi kemandirian masyarakat dan penguatan program perlindungan sosial.
Perlunya penguatan daya beli masyarakat dan peningkatan jaminan ketersediaan barang. Oleh karena itu, UMKM perlu lebih bergairah lagi sampai ke desa-desa.
Perlunya penertiban harga-harga barang yang naik sebagai dampak dari naiknya harga BBM.
Wajah ekonomi dan perbankan di Indonesia, mulai terasa semakin serius menata keuangan baik itu untuk kehidupan perbankan itu sendiri, maupun berkaitan dengan prospek ke depannya.
Krisis perbankan rupanya tidak lagi hanya terjadi di belahan Eropa, tetapi sekarang mulai meradang hingga ke Indonesia. Oleh karena itu, siapa saja perlu waspada terhadap tawaran dan program baru terkait bisnis keuangan dengan dalil simpan pinjam baik itu online maupun offline.
Salam berbagi, ino, 16.09.2022.