Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada 5 Alasan Tidak Perlu Benci Produk Luar Negeri

23 Januari 2022   04:32 Diperbarui: 14 Februari 2022   20:06 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mainan anak yang sebagian besar adalah barang impor Cina dijual di Blok M Square, Jakarta Selatan (16/10/2012).| Sumber: Kompas.com/Heru Sri Kumoro

2. Konteks pasar global di dunia metaverse

Semua pembicaraan terkait produk luar negeri dan daya tarik pembeli tidak bisa dipisahkan dari kenyataan perkembangan teknologi dewasa ini. Perkembangan teknologi saat ini berjalan bareng dengan kemungkinan-kemungkinan pasar global. 

Pasar global yang saya maksudkan dalam konteks tulisan ini adalah suatu pasar jual beli yang melampaui wilayah suatu negara. Pasar global di dunia metaverse bisa saja punya selera dengan cita rasanya sendiri (Gescmackt).

Daya saing di pasar global seperti saat ini sudah pasti lebih ditentukan oleh dua hal, yakni:

Pertama, kualitas. Kualitas hasil produksi saat ini yang paling menentukan sebagai pemenang di kancah pasar global. Barang yang berkualitas akan dipesan sekalipun barang itu jauh dari negaranya. Jadi, sebenarnya percuma kampanye benci produk luar negeri.

Setiap orang punya kebebasan baik dalam mengakses informasi, maupun dalam menentukan pilihan kebutuhannya sendiri entah bisa dibeli di dalam negeri atau di luar negeri. Patokannya bukan larangan "jangan beli produk luar negeri", tapi kemampuan pribadi untuk mendapatkan barang-barang berkualitas.

Saya masih ingat suatu hari di bulan Oktober tahun 2021 lalu, seorang teman saya mengirimkan makanan satu porsi mie yang belum saya coba. Katanya mie itu sangat enak. Ia memesan itu dari Jakarta dan tepat jam 11.30 pesanan itu diantarkan kepada saya.

Peristiwa itu menjadi rujukan saya bahwa pasar global itu sendiri adalah pasar yang akrab dengan selera pembeli, pasar yang mengutamakan kualitas, pasar yang bisa dijangkau tanpa sekat dan batas negara.

Ya, pasar global memiliki ruang bebas dan terbuka untuk siapa saja dan kepada siapa yang bisa menggunakannya.

Kedua, kepercayaan (credibility). Pasar global itu tidak hanya soal kualitas, tetapi juga soal kepercayaan yang dibangun oleh pihak penjual produk. Hal yang tabu dalam konteks pasar global itu adalah mengirimkan barang pesanan tidak sesuai dengan selera pemesan, apalagi dengan kualitas yang buruk.

Hampir pasti bahwa kepercayaan itu sangat mahal, oleh karena kepercayaan itu seharga dengan kontinuitas (Kontinuitaet) usaha. Pasar global bisa kalah saing dan kehilangan powernya karena sekali tidak bisa dipercaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun