Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Daripada Kesepian dalam Perjalanan, Mendingan Menulis tentang Perjalanan

20 Desember 2021   05:15 Diperbarui: 29 Desember 2021   01:31 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menulis catatan saat dalam perjalanan. (sumber: shutterstock via kompas.com)

"Tidak ada hal yang menarik yang dijumpai setiap hari tanpa tulisan dan refleksi."

Sehari tanpa catatan rasanya sama seperti sehari tanpa meminum segelas air. Mengapa jadi seperti ini? Saya jadi ingat kata-kata seorang guru waktu di Flores, "Hidup tanpa refleksi itu sebetulnya hidup yang sudah mati." 

Saya tidak tahu atas dasar pengalaman apa sehingga ia sampai pada kesimpulan seperti itu. Satu hal yang saya rasakan ketika dua tahun hidup di bawah pengaruhnya adalah mengalami hidup penuh arti setiap hari. 

Setiap hari saya menemukan pesan kehidupan yang mungkin tidak terlalu berarti bagi orang lain, namun bagiku adalah suatu letupan indah yang bernas dengan rasa bijak pada setiap jejaknya. 

Belajar menemukan pesan-pesan bijak tentu pertama-tama untuk diri saya sendiri dan selanjutnya terbuka kepada siapa saja secara bebas, lama-kelamaan menjadi suatu kesukaan. Saya suka menulis dan berbagi cerita-cerita kecil dengan sisipan pesan untuk kehidupan.

Pengantar ini saya tulis setelah dua kisah itu telah selesai ditulis di dalam kereta. Hari ini dalam perjalanan dari Frankfurt ke Mainz saya punya dua kisah. 

Suntikan Booster, ide pengisi kesepian perjalanan

Hari ini saya menerima suntikan Booster pada 19 Dezember 2021 di KJRI Frankfurt. Suatu pengalaman pertama yang selama ini cuma mendengar dari cerita teman-teman. Reaksi aneh beberapa menit awal bagi saya menarik untuk diceritakan karena ternyata imun tubuh setiap orang berbeda-beda. 

Merasa pegal pada lengan dan bagian belakang rupanya merupakan reaksi yang biasa sama seperti pada vaksin pertama dan kedua. Entahlah besok rasanya seperti apa. Sejam sudah berlalu, saya hanya merasakan ada rasa lapar. 

Rasa yang normal tentunya kalau dibandingkan dengan pengalaman seorang teman asal Korea. Ia bahkan seharian mengalami demam. Padahal dari segi fisik teman itu sangat fit. 

Bayangan saja, orang Jerman saja sudah pakai Jaket karena suhu 4 derajat, teman Korea itu santai saja hanya mengenakan baju kaos oblong. Nah, fisik yang kuat melawan suhu dingin, ternyata tidak cukup kuat menerima vaksin  Booster. Itu suatu kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun