Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Salju Cinta pada Setangkai Mawar Merah

4 Desember 2021   15:46 Diperbarui: 4 Desember 2021   15:47 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salju cinta pada setangkai mawar merah | Dokumen dari Gobin

Salju cinta datang menyentuh sekuntum bunga mawar saat musim gugur dengan suhu nol derajat. Setangkai mawar ingin mekar meski salju cinta menyengat kelopaknya.

Sang Mawar klepek-kelepek saat sentuhan pertama Salju cinta. Tak ada bara dan hawa panas, cuma ada rindu:

"Ayolah mendekat dan mengatup bersamaku"

Dingin hawa ini tak selamanya sendiri, jika kamu bersamaku wahai Salju. Datanglah tanpa gaduh dan sentuhlah pada bibir hatiku ini. Jika kamu benar menyatu bersamaku, maka di sana ada kehangatan.

Aku percaya itu wahai Salju cinta. Aku yakin, kamu akan membeku dalam dekapan cintaku.

Salju Cinta semakin merapat tanpa enggan dan mikir, nunggu apa lagi. Inilah saatnya mendekati Mawar sebelum memasuki musim dingin.

Tapi aku janji, aku nggak akan menutupi merah bibir kuntum mu wahai Mawar. Aku siap jadi dasar pijakanmu, saat kapan engkau ingin berdiri dan mekar di musim gugur.

Aku akan membeku di bawahmu dan biarkan kamu wahai Mawar mekar di atas ku. Tapi, aku butuh dari kamu, "jangan cepat-cepat memanggil sang Matahari lho."

Aku tidak sanggup membeku di bawahmu, jika sang Matahari datang menyapamu. Hawanya begitu dahsyat menghangatkanmu, aku bahkan yakin engkau pasti tidak akan bisa memelukku lagi.

Jujur sakit hatiku ini, jika kamu wahai Mawar melepaskan aku jatuh ke bumi. Itu bayanganku, jika sang Matahari datang menggodamu. Kamu pasti tanpa alasan melepaskan aku terkapar dan meresap sampai tak berbekas.

Tapi....aku tahu datangnya sang Mentari itu tidak bisa dihindari dan kamu sendiri sebenarnya membutuhkan cahaya dan sinarnya agar kamu tetap segar.

Aku memilih tetap memberimu kesegaran dan kelembaban dari resapan tak berbekas di bumi. Lukaku terobati saat aku masih punya jalan sunyi untuk menyapamu pada bagian akar-akar.

Wahai Mawar, aku tahu, semua itu berguna dan suatu saat akan menyentuh kehidupanmu. Kita tidak membangun permusuhan, tetapi sebuah rotasi kelangsungan hidup. 

Mari kita saling berbagi dan saling mendukung, temukan satu jalan sunyi tanpa gaduh, untuk mengubah hari-hari kita hingga klepek-klepek berulang-ulang, ya dalam rindu untuk berjumpa dan membeku bersamamu.

Salam berbagi, ino, 4.12.2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun