Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

NTT Membutuhkan Pemimpin Beradab dengan Wawasan Cultural Diversity

3 Desember 2021   20:31 Diperbarui: 8 Desember 2021   20:35 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NTT Membutuhkan Pemimpin yang Beradab dengan wawasan cultural diversity | Dokumen diambil dari: Biro Administrasi Pimpinan Setda Pemprov NTT via Kompas.com

Dalam keseharian, ungkapan Ngai sia rende mbara" adalah ungkapan yang dikenakan untuk orang yang berpendidikan, para guru dan untuk orang yang lebih mengerti tentang segala sesuatu. Pemahaman dari ungkapan adat itu sering menjadi patokan dalam keseharian bagaimana perlakuan orang-orang yang dianggap "Ngai sia, rende mbara " atau berpendidikan itu kepada masyarakat biasa. 

Demikian juga, jika seorang pemimpin tanpa memerhatikan sikap dan tutur katanya kepada masyarakat, maka kata-kata yang kasar seperti "monyet" itu bisa menjadi suatu ucapan yang merendahkan martabat kemanusiaan. Dan hal seperti itu sangat tidak pantas dilakukan oleh siapapun, lebih-lebih oleh seorang pemimpin.

Pertanyaan terkait video bapak Gubernur NTT adalah mengapa VBL menjadi begitu marah dan mengeluarkan kata-kata tidak pantas itu? Ada beberapa kemungkinan yang bisa dijelaskan dalam tulisan ini:

1. Ketidakseimbangan antara pola makan, pola tidur dan kesehatan fisik-psikis

Siapa saja bisa marah karena dalam keadaan ini: semalam tidur tidak enak atau tidak cukup tidur, secara fisik ia sakit-sakitan atau juga mungkin karena sedang lapar. 

Coba amati kapan Anda menjadi marah? Tiga keadaan itu akhirnya sangat potensial menjadikan seseorang marah dengan kata-kata yang bisa dianggap kurang beradab. Nah, oleh karena itu, mengapa gubernur bisa berkata-kata kurang beradab terhadap masyarakat pada saat pertemuan itu, sangat mungkin karena VBL ada dalam tiga keadaan itu, kurang tidur, lapar dan atau sedang sakit. 

Peristiwa itu membuka wawasan baru tentang betapa pentingnya menjaga pola makan, waktu tidur dan kesehatan fisik seorang pemimpin. Hal-hal itu enggak boleh dianggap sepele lho. Ya, rupanya masih jauh dari diskusi publik dan konsep yang patut diperhitungkan dalam kaitannya dengan seorang pemimpin. Pemimpin tidak hanya berurusan dengan birokrasi lho, tapi juga dengan masyarakat biasa yang sederhana. 

Sangat mungkin bahwa ketika seorang pemimpin itu mengabaikan keseimbangan antara waktu tidur, kesehatan dan pola makan, maka dia akan kehilangan keseimbangan secara emosional.

Jadi, seorang pemimpin itu perlu memerhatikan pola makan, waktu tidurnya dan juga kesehatan fisik dan psikisnya. Jika dalam keadaan tidak maksimal, maka sebaiknya tidak perlu menghadapi hal-hal besar, apalagi yang rumit dan berbelit. Bisa juga kan delegasikan ke wakilnya atau kepala dinas? 

2. Minimnya kemampuan adaptasi budaya

"Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak." Itu buka saja suatu pepatah bohong, tetapi memang sebuah kata bijak yang mengajarkan agar orang beradab dalam hidupnya. Menjadi beradab di tengah masyarakat yang punya adat istiadat itu sebenarnya sederhana; ya, orang perlu menyesuaikan diri dengan adat istiadat masyarakat setempat. 

Siapa saja sebagai seorang tamu yang datang akan disambut secara adat, itu cara lazim masyarakat NTT. Cara adat dan sopan santun ala masyarakat NTT yang berakar dalam filosofi adat mereka bahwa seorang pemimpin itu adalah ata ngai sia, rende mbara atau orang yang berpendidikan. Bahkan tidak jarang tamu dikalungi dengan kain adat sebagai ungkapan penerimaan secara adat. 

Pengalungan itu bukan asal-asal lho. Itu punya makna yang dalam. Dalam tutur adat Ende misalnya ada ungkapan "kami simo nee ate masa." atau kami terima dengan hati yang tulus dan bersih. Momen penerimaan bagi masyarakat NTT adalah juga momen terhormat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun