Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri Ketidakhadiran dan Pesan yang Ditinggalkan Seseorang

30 November 2021   04:08 Diperbarui: 1 Desember 2021   05:01 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misteri ketidakhadiran dan pesan yang ditinggalkan seseorang | Dokumen pribadi oleh Ino

Di rumah kami punya seperti kantor pelayanan di mana dalam ruangan itu bisa dipakai untuk menerima tamu dan menerima telepon dari luar. Oleh karena pertimbangan keamanan, maka teman yang bertugas menangani bagian telepon itu, selalu saja menutup pintu.

Ya, entahlah musim panas, musim dingin pokoknya pintu ruangan itu harus selalu ditutup. Nah, terkadang tidak bisa dimengerti mengapa harus begitu cemas, padahal tidak ada orang lain yang datang.

Berangkat dari kecemasannya itulah, maka ia selalu menutup pintu itu, sementara teman yang lain selalu berusaha membukanya. Terkadang saya bercanda dengan spontan mengatakan kepadanya seperti ini, "Hidup ini sangat menarik, yang satu menanam, yang lainnya menuai; yang satunya membuka dan yang satunya menutup kembali."

Uniknya bahwa ia tidak menangkap apa maksud saya. Saya sih tidak memaksakan dia supaya mengerti atau berusaha berkali-kali bertanya mengapa pintu itu harus ditutup.

Lama kelamaan saya akhirnya mengerti kapan dia ada di rumah dan kapan ia tidak ada di rumah. Ya, dari pintu kantor itulah saya belajar mengenal tentang misteri ketidakhadiran dan pesan yang ditinggalkannya.

"Jika pintu itu tertutup, maka 100% jelas bahwa dia ada di rumah dan tentu sebaliknya. Terkadang menarik untuk didiskusikan, ternyata dari pintu itulah saya dan teman-teman tahu tentang kehadiran dan ketidakhadiran teman-teman kami yang serumah.

Terkadang oleh kesibukan dan tugas pelayanan masing-masing selalu saja ada hal yang mendesak pergi tanpa punya rencana pergi. Umumnya setiap bepergian kami saling memberitahu sekurang-kurangnya kemana akan pergi. Nah, dalam konteks tertentu terkait pelayanan mendadak itu, kami bisa tahu dari pintu. 

Pintu akhirnya menjadi sarana komunikasi pada saat tidak ada kemungkinan komunikasi, bahkan pintu memberikan kepastian tentang arah yang tidak pasti. Kemana ia pergi kami tidak tahu, tetapi kami tahu dengan pasti bahwa ia tidak di rumah atau dia sedang bepergian.

2. Orang tahu dari kantong plastik sampah di dapur

Pagi hari dalam relung sejuk musim gugur dengan suhu 3 derajat celsius kami berkumpul kembali di kamar makan untuk sarapan pagi. Mula-mula saya tidak mengatakan apa-apa selain ucapan selamat pagi kepada teman-teman yang sudah lebih dahulu duduk di sana.

Seorang teman bertanya kepada saya, "kenapa ya hari ini kamu seperti serius sekali?" Saya menjawabnya dengan santai, "Sebenarnya saya sedang bergulat dengan suatu fenomena dan sedang mencari judul dari fenomena itu untuk ditulis." Katanya, "Na und atau apa ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun