Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setangkai Harapan

29 November 2021   19:08 Diperbarui: 29 November 2021   19:33 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setangkai harapan: Dokumen pribadi oleh Ino

Setangkai harapan ranting kecil di musim gugur. Tergeletak di pinggir jalan dari kumpulan yang dijual mahal. 

Ranting ungu dengan barisan tahap-tahap penuh janji. Janji lama yang dibaharui dalam ruang dan waktu. 

Ranting kecil dengan pucuk-pucuk siap mekar, meski tidak pasti kapan dan di mana. Ia cuma setangkai yang tergeletak di pinggiran ingatan tuannya. 

Ia tampak sunyi di pinggir kota tua itu, tidak mengeluh juga tanpa tangisan yang merayu. Ia menerima adanya cuma sebagai yang terdepak dari ingatan tuannya. 

Setangkai harapan dipilih tanpa tanya, mengapa ia terhempas di situ. Ia dibawa ke ruangan penuh dimensi dan inspirasi. 

Di depan altar gereja tua kota itu, ia didandan bagaikan setangkai melati mahal. Ia membisu di depan altar dengan pesan "bawa harapan ke rumah hatimu!"

Pesan rahasia di tengah dunia yang riuh duka menghimpit setiap jejak manusia. Pesan sunyi di saat Covid19 tak mau pamit dari manusia. 

Setangkai harapan menoreh hati dengan tulisan rahasia, "semoga manusia waspada dan tekun berdoa."

Setangkai harapan dalam cara yang sederhana menyapa manusia, "Hendaklah sungguh-sungguh hidup dalam kasih sehari-hari." 

Setangkai harapan pengingat bahwa masih ada hari untuk mekar.  Setangkai harapan punya irama sunyi yang tiada henti berbisik, "yang berat, duka, derita akan berlalu dan berubah."

Salam berbagi, ino, 29.11.2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun