Metode pendidikan anti kekerasan saat ini bisa saja menghasilkan generasi yang lamban, kurang punya tekad dan komitmen bahkan sangat mungkin tetap saja beda pada bagian hasilnya.
Meskipun demikian tidak bisa benar secara universal. Di daerah-daerah tertentu di Indonesia ini, bisa saja ditemukan sisi lemah dari Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan anak.
Guru pada prinsipnya melindungi anak, namun pada batas mana perlindungan itu harus dipisahkan dari sebuah proses pendidikan. Mentalitas budaya anak pasti juga beragam.Â
Bahkan anak-anak dengan sedikit cacat mental disekolahkan dan diperlakukan secara sama  seperti anak-anak lainnya. Tentu hal itu yang luput dari perhatian pemerintah atau guru itu sendiri.
Siapapun manusia atau siapapun guru itu pasti punya titik jenuh dan titik lemah, pada saat-saat itulah guru bisa melakukan tindakan kekerasan.
Perspektif apa yang penting dari Undang-undang perlindungan anak:
- Dalam hal apapun guru harus memperhitungkan kepentingan terbaik bagi peserta didik.Â
- Guru perlu lebih mempertimbangkan aspek yang bukan hanya pertumbuhan yang tidak bisa balik lagi seperti semula (irreversible) seperti secara fisik mengenai kesehatan anak didik, tetapi juga perkembangan (reversible) peserta didik.
- Guru perlu kreatif mempertimbangkan tindakan yang bersifat edukatif dan inovatif.
Tiga perspektif itulah yang meredam dan menekan tindakan kekerasan di sekolah, atau sekurang kurangnya guru-guru lebih disadarkan tentang pentingnya martabat manusia.
3. Sejak munculnya Undang-undang perlindungan Anak, guru-guru belajar mengakhiri pendekatan yang diktator
Jika tanpa Undang-undang perlindungan Anak, maka pendidikan di Indonesia mewariskan pendekatan seorang diktator.
Undang-undang dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 82 tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan sekaligus menjadi pemutus rantai kediktatoran di lingkup pendidikan.
Pendidikan tidak lagi membentuk manusia dengan suatu "keharusan" tetapi lebih dengan suatu "tawaran, kemungkinan, alternatif dan pilihan-pilihan dan bukan sebagai solusi tanpa ada kemungkinan lainnya.
Ya, terlihat sekali bahwa nafas reformasi ternyata bisa mengubah situasi dengan memperluas kebebasan hampir di semua bidang kehidupan pada satu sisi, dan perlahan-lahan mengakhiri era dan rezim diktator dalam semua bidang umumnya dan dalam bidang pendidikan khususnya pada sisi lainnya.Â