Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

ART yang Malang dan "Local Wisdom" Adat Ende, Flores

23 November 2021   16:11 Diperbarui: 4 Desember 2021   17:00 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembersih rumah. (sumber: thinkstock/Kurhan via kompas.com)

Hero yang sial dan malang. Tak pernah terdengar kata marah dan kejam dari mulutnya. Wajah Hero cuma ada ceria dan tawa. Meskipun tampak fisiknya jelas-jelas orang susah, namun ia tidak pernah mengeluh, resah dan gelisah, apalagi harus menagih uang yang dipinjaman orang.

Oh betapa mulia hatinya. Sang Hero yang yang siap menjadi asisten rumah tangga siapa saja di sana. Liburan tahun ini menyisakan kenangan perjumpaan dengan seorang Hero di tengah manipulasi dan pemerasan.

Fondasi hidup bersama

Dari kenyataan hidup Hero, saya akhirnya melihat ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait tema ART apalagi ART yang tidak formal seperti di desa-desa: 

1. Betapa pentingnya sikap moral terhadap ART entah di mana saja. Bagaimanapun juga ART adalah manusia yang punya martabat sama dengan orang-orang lainnya. 

2. Kenyataan ketidakadilan terhadap ART di desa-desa tidak pernah diangkat dan dipersoalkan. Orang lebih sering berbicara tentang ART dalam konteks kota dengan sistem ART yang lebih formal, lalu bagaimana nasib ART di desa-desa yang tidak formal? Intinya ART tetap perlu memiliki hak perlindungan hukum yang sama.

3. Ini tentang hati. Orang yang punya hati yang baik tidak akan memeras keringat orang lain. 

4. Ini juga tentang berkat. Kenyataan menunjukkan bahwa Hero tidak pernah mengalami sakit, apalagi sampai di bawa ke rumah sakit. Ia hidup jujur, tentu berbeda dengan orang-orang lain yang hidup dari kebiasaan memeras orang lain. 

5. Ini tentang local wisdom masyarakat adat Ende:

  • Makan dari hasil pemerasan rupanya tidak mendatangkan kesehatan. Ada filosofi adat di Ende, "muri iwa seha karena kai ka runga ra ata atau hidup itu tidak sehat karena orang makan dari keringat orang lain."
  • Muza iwa mbaze, peni iwa mbi atau menanam tidak akan hidup, memelihara tidak akan berkembang biak. Tutur adat ini bisa diucapkan oleh orang seperti Hero untuk orang-orang yang memerasnya. Dan masyarakat adat Ende yakin ucapan itu bisa menjadi suatu kutukan.

Demikian beberapa kisah nyata tentang Hero (bukan nama sebenarnya) dalam konteks perlakukan yang tidak adil pada ART di desa yang mungkin saja terjadi di mana-mana di Indonesia. Tulisan ini lebih karena keprihatinan di satu sisi, namun juga untuk mengingatkan kembali kearifan lokal atau local wisdom  yang adalah kebenaran moral dalam konteks adat pada sisi lainnya.

Salam berbagi, ino, 23.11.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun