Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berlayar Saat Ada Angin

16 November 2021   04:46 Diperbarui: 16 November 2021   04:58 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya perahu layar, berlayar entah ke mana dengan layar. Berlayar-layar sesuai arah angin di sana. Layar putih terbentang menjulang kembung ditiup angin selatan.

Desiran angin, hening di atas lautan biru tua, berlayar ke mana o perahu nelayan. Laut biru tanpa gelombang menumpuk pesona indah di pesisir kota tua.

Teduh rasa berlayar menyingkir nestapa tatkala tangkapan tak cukup untuk sehari saja. Berlayar saja ke tempat-tempat yang lebih dalam.

Janji lama mendekati kenyataan, ketika berlayar sambil melupakan lengkara-mustahil yang bisa berubah kalau ada angin di sana. Jika ada angin sepoi-sepoi sedap membangkitkan ide-ide waras penghias lautan biru tua.

Biru warnamu menuai arti kedalaman pencarian nelayan yang tidak harus cuma di periferi sepi-sepi saja. Berlayar hanya kalau ada angin, alasan masuk akal dalam dunia hidup nelayan-nelayan.

Tidak hanya itu soalnya, kadang angin bertiup kencang sampai aku bertanya ulang-ulang mengapa laut biru tidak berubah senyum lebih ramah?

Mengapa angin meniup sesuka hatinya perahu-perahu layar di sana? Adakah alasan yang bisa engkau jelaskan mengapa ia hanya berlayar di laut biru tua?

Berlayar saat ada angin yang menjanjikan hidup dan masa depan. Berlayarlah terus hingga tiba di kedalaman yang semakin dekat dengan pemenuhan yang berlimpah-limpah janji dan berkat.

Di sana ada kenangan saat pertama berlayar. Ada bimbang saat ditiup angin segar di waktu siang. Ada takut saat angin mulai mengencang. Tapi aku tetap percaya, jika masih ada angin, maka perahuku akan tetap berlayar. 

Berlayar di lautan biru tua sampai kapan dan di mana, aku tetap berlayar. Hembusan angin cinta mendayung pergi sampai ke sudut kota, tempat cinta nelayan tua bersemi dengan sebuah perahu layar. Aku melihatnya.

Salam berbagi, ino, 16.11.2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun