Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menulis Pelajaran Selama Perjalanan Frankfurt-Doha-Jakarta

1 Agustus 2021   01:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   09:16 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keindahan Bandara Doha dan perjalanan hingga tertarik untuk menulis pelajaran selama perjalanan | Dokumen diambil dari: destinasian.co.id

Mendengar cerita itu, saya tersenyum sendiri. Saya hanya membayangkan bahwa untuk orang baru cerita seperti itu bisa membuat harap-harap cemas.

Ya, seorang ibu berpengalaman yang sedang membagikan pengalamannya bagaimana bisa hidup di Jerman. Lucunya bahwa akhirnya ibu itu memberikan cara bagaimana bisa hidup di sana.

Cara sederhana adalah datanglah ke Jerman dan nikahilah orang Jerman, maka otomatis kamu akan bisa hidup di sana. Dalam hati kecil saya, aduh kalau cuma itu tip nya, nanti kapok dalam perjalanan.

Cerita muluk memang kadang tidak menolong orang lain, memberikan tips yang terlalu idealis juga kadang tidak berdampak, karena itu mungkin bagus adalah membagikan pengalaman konkret setiap orang bagaimana bisa sampai bisa hidup di negara orang.

Ibu itu pun akhirnya mengatakan bahwa ia pernah bekerja di sebuah restoran di Indonesia, lalu waktu itu berkenalan dengan seorang Jerman, lalu sudah deh jadian.

Oleh karena hubungan pernikahan itulah, maka mau tidak mau secara perlahan-lahan ia belajar bahasa Jerman dan akhirnya bisa hidup dan bekerja di Jerman.

Hidup di Jerman tapi anak-anak bisa lancar berbicara bahasa Jawa

Sesi cerita yang menarik dalam perjalanan dari Doha ke Jakarta adalah bahwa bagaimana ibu itu mengajari anak-anaknya di rumah untuk tetap bisa mengerti dan berbicara bahasa Jawa.

Lebih dari hal yang tidak dikatakan ibu itu, saya melihat bahwa ibu itu punya sense of culture keindonesiaan. Pengalaman seperti itu yang hemat masih tergolong unik.

Saya mengenal banyak juga keluarga seperti itu, perempuan Indonesia menikah dengan pria Jerman, mereka punya beberapa anak, namun anak-anak mereka bahasa Indonesia saja tidak lancar, ya mengerti sih bisa.

Nah, kalau anak-anak itu sampai mengerti bahasa Jawa, maka tidak heran anak-anaknya bisa berbicara fasih juga bahasa Indonesia. Bukan cuma itu, ibu itu menceritakan juga bahwa dalam keluarga mereka bisa berbicara beberapa bahasa seperti: Inggris, Jerman, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun