Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Melepas Pergikan Jenazah Saat Ini Menjadi Begitu Sunyi?

20 Juli 2021   04:02 Diperbarui: 20 Juli 2021   04:51 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesunyian pemakaman pada masa pandemi | Dokumen pribadi oleh Ino

Dari pengalaman pertama pada 19 Juli 2021 ini, saya benar-benar merasakan efek dari  egoisme. Tersisa cuma pertanyaan: apakah suatu saat nanti terjadi juga di negeriku? 

Tidak sanggup menahan rasa haru dan aneh, saya bercerita dengan keluarga saya di Indonesia, katanya seperti ini, "Semakin kaya seseorang, maka semakin banyak orang lain itu datang, sebaliknya jika seseorang itu orang biasa atau miskin, maka hampir pasti sangat sedikit, bahkan mungkin hanya beberapa orang yang mau hadir." (Roselina. M, 19/07/2021)

Entahkah karena dunia dan manusia ini sudah terlalu menghalalkan ketidakadilan, sehingga wabah ibarat tulah mematikan itu datang begitu misterius agar semua bisa merasakan bahwa ternyata semua manusia itu sama?

Covid19 meruntuhkan semua paham egoisme, adat istiadat dan budaya modern

Tanpa terasa keinginan manusia untuk memperoleh keuntungan diri sendiri sudah menjadi tidak mungkin, oleh karena pembatasan ruang gerak dan aktivitas sosial atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Ruang perjuangan dan sukacita hidup saat ini adalah ruang online, sebuah ruang bebas untuk siapa saja. Adil bukan? 

Orang tidak perlu harus punya uang berjuta-juta dulu untuk melihat dan berbicara dengan keluarganya yang berada di luar negeri; yang umumnya hanya mungkin untuk orang berduit. Saat ini siapa pun bisa berbicara dengan siapa saja dan di mana saja. 

Covid19 telah juga meruntuhkan tradisi dan adat istiadat yang sebenarnya terlampau paradoks. Bagaimana tidak? Terkenal juga karena kemiskinan, tetapi jangan salah ya, coba hadir dalam upacara kematian. 

Berapa anggaran yang mereka habiskan untuk semua acara yang dihadiri ratusan, bahkan ribuan orang itu? Nah, paradoks itu runtuh saat pandemi ini. 

Berhenti bicara tentang upacara yang menghadirkan ratusan orang, karena semuanya sudah tidak dimungkinkan. Bisa jadi, saat pandemi ini adalah saat transformasi budaya dan perubahan cara pandang tentang hidup.

Demikian juga covid meruntuhkan budaya modern yang terlalu menikmati empuknya euforia dari kemodernan itu. Rasa nyaman dan kegembiraan yang berlebihan harus benar-benar diperhitungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun