Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mohn di Tepi Ladang Gandum Menepis Penat

8 Juni 2021   03:21 Diperbarui: 8 Juni 2021   03:27 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi untuk menepis penat dari Mohn Blumen | Dokumen pribadi oleh Ino

Menepis penat tak bisa di tengah kota. Ternyata murah di puncak yang terbentang hamparan bunga dan tanaman.

Siang sejuk tak sanggup menahan lelah, bertutur tiada batas waktu, diskusi tanpa titik dan koma. 

Panjang cerita tentang hari ini. Tak ingin ku kisahkan semuanya. Tak sanggup raga membangunkan daya untuk bertutur lagi dan lagi.

Kali ini biarkan jari dan kening menggores kaca hingga terlihat daun kering terdampar pada sisi beningnya.

Menepis penat dengan menatap bunga Mohn di tepi ladang gandum di sebuah desa di pinggiran kota.

Mohn merah bagaikan penampilan gadis desa yang bersolek ria menanti pengantin pria.

Menunggunya diujung lelah, hingga pergi penat dan resah.

Wahai kekasih inspirasi, kau hadir untuk menepis penat di tengah badai kata-kata gelisah saat korona tak kunjung pergi dan lenyap.

Merah, biru, hijau membentang tak hanya di depan mata. Semuanya merasuk kalbu hingga bangkitkan rasa untuk namakan cinta yang tak kenal lelah.

Cintamu menepis penat di kedalaman jiwaku yang tengah rintih dan bermimpi.

Mimpi untuk berkobar dan mekar sepanjang masa bagaikan Mohn di tepi ladang gandum di puncak dekat kota.

Merah dan ramah senyummu, berhasil menepis penatku hingga sekarang.

Ditiup angin sepoi-sepoi sejuk tanpa kata, namun sejuk bijaknya terasa hingga di kalbu terdalam. Tanpa sisa perginya penat dan lelah hari ini.

Lambaian tangkai Mohn di tengah bunga-bunga alam telah menepis penat dengan begitu murah.

Semua karena kemurahan Pencipta. Diberikan dengan daya cinta yang tanpa sisa untuk manusia.

Alam dan keindahan bunga-bunga di tengah padang gandum, telah menjadi hiasan penyejuk mata yang selalu menyisakan tanya:

Kapan wahai manusia punya tatapan dan kata-kata sejuk untuk sesamamu? Kapan hidupmu menjadi seperti alam yang bisa menepis penat manusia?

Berulang-ulang hingga tiada akhirnya, kau hadir dengan pesona yang tidak terbatas untuk menepis penat manusia.

Wahai alam, bunga, gandum dan hutan,...Wahai Mohn...

 Jangan berhenti tersenyum untuk menepis penat dan lelah manusia di bumi ini!

Salam berbagi, ino, 8.6.2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun