Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada 3 Cara Memberi untuk Menulis Kebaikan di Hati Penerima

4 Juni 2021   15:18 Diperbarui: 5 Juni 2021   02:30 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang cara memberi para turis untuk di foto | Dokumen pribadi oleh Ino

Kata saya spontan, "sudahlah bu, saya hari ini punya rezeki, tapi saya belum hitung jumlahnya berapa. Semuanya akan saya berikan kepada ibu untuk urusan anak-anak ibu nanti." Anehnya, waktu saya menghitung, jumlah uang sebesar 250.000 rupiah. Saya beritahu lagi, "bu rupanya rezeki yang saya dapatkan hari ini adalah rezeki untuk ibu. Terimalah, dan semoga urusan anak-anak ibu bisa beres."

Saya kembali ke rumah dengan suatu perasaan hati yang belum sering saya alami. Ya, rasa bahagia luar biasa meliputi hati saya. Kemudian muncul suatu pertanyaan secara tiba-tiba seperti ini, "apa memberi itu adalah kunci untuk mengalami rasa bahagia?" 

Saya yakin itu salah satu jawabannya. Oleh karena itu, orang perlu mencoba untuk membuktikan kebenaran dari recehan pengalaman pribadi terkait memberi tanpa harapan diberi. Benarkah memberi itu membahagiakan? Anda bisa punya cerita unik yang  bisa ditulis bukan? 

2. Memberi dengan cara sederhana, tanpa banyak kata-kata

Saya yakin bahwa memberi sebagai suatu cara menolong orang lain, sebenarnya sangat itu sederhana. Meskipun demikian, tindakan sederhana itu belum tentu dilakukan secara sadar oleh semua orang. 

Saya tidak berbicara tentang berapa nilai pemberian itu sendiri, tetapi lebih penting dari nilai adalah kualitas dan motivasi orang memberi. Tentu semua orang tahu, bahkan pernah melihat, mungkin juga pernah mengalami bahwa orang menunggu sesuatu setelah memberi sesuatu.

Namanya manusia, wajarlah kalau memberi sesuatu, kemudian mengharapkan sesuatu. Namun, dalam ulasan ini, saya lebih tertarik untuk membahas tindakan memberi yang pernah saya lakukan dan saya amati reaksi dan tanggapan orang lain.

Memberi 50 cent untuk orang yang tidak dikenal di stasiun kereta api, sebenarnya tidak ada artinya. Namun, yang nyata pernah saya lihat bahwa memberi itu sendiri punya energi yang bekerja di dalam kesunyian; ya otomatis tindakan memberi itu mengundang orang lain lagi untuk memberi.

Memang akan jauh lebih berarti, jika memberi tanpa diketahui orang lain. Meskipun demikian, jika motivasi kita memberi tidak untuk dilihat orang, maka tidak perlu ragu-ragu untuk memberi, meski dilihat orang. Justru pada saat itulah energi dari tindakan memberi itu bekerja menyapa orang lain.

Dari pengalaman di stasiun kereta di kota Frankfurt, saya menemukan gagasan ini: 

Tindakan memberi yang sungguh sunyi dan sepi dari pengaruh ambisi ingin dikenal dan dihargai, akan punya suara dengan gema yang keras terdengar bukan di kuping, tetapi langsung di dalam hati orang lain lagi. 

Inilah rahasia kecil dari tindakan sederhana "memberi dengan kesunyian hati." Tangan yang ikhlas dan terbuka untuk memberi dan berbagi itu ternyata punya gelombang nada yang langsung tersambung ke hati orang-orang di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun