Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Menanggapi Pertanyaan: "Was Gibt Es Neues" dan Cara Mengubah Toxic People

22 Mei 2021   16:59 Diperbarui: 27 Mei 2021   13:57 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi untuk orang yang suka bertanya dengan pertanyaan yang sama dan Toxic people serta gosip. Diambil dari: techexplorist.com

Saya percaya, jika semakin banyak orang bisa menyerap betapa berartinya orang lain dalam hidupnya, maka gejala Toxic people dan gosip kaleng itu akan kerdil dan mati.

Pertanyaan "was gibt es Neues?" atau apakah ada sesuatu yang baru adalah pertanyaan yang paling sering diajukan oleh teman kerja atau teman dalam satu komunitas. Sebenarnya pertanyaan seperti itu wajar saja, namun ketika pertanyaan itu menjadi suatu pertanyaan khas dari seseorang, maka terasa ada hal yang aneh.

Beberapa tahun saya amati, ternyata pertanyaan itu ada hubungannya dengan kecemasan di satu sisi dan kecurigaan pada sisi yang lainnya. Tidak hanya itu, makna dan rasa dari pertanyaan "was gibt es Neues?" itu menjadi semacam ajakan untuk berdiskusi tentang sesuatu. 

Pertanyaan yang mengajak teman untuk mendiskusikan sesuatu itu pada prinsipnya sangat baik. Namun, anehnya lama kelamaan diskusi itu seringkali merambat sampai kepada tema-tema lain yang sangat privat, bahkan menyebut nama tertentu.

Pada prinsipnya bagi saya diskusi dengan ciri seperti itu sungguh tidak nyaman, apalagi menyebut nama orang-orang yang kita kenal dan nama orang yang juga dekat dengan kita.

Kategori diskusi seperti itu mungkin lebih tepat disebut sebagai "gosip kaleng." Gosip itu sebetulnya menguasai sebagian besar manusia di bumi ini. Gosip kalau bisa disebut virus, maka virus itulah yang sering dan paling mudah menaklukan nalar manusia.

Entahlah kenapa orang suka bergosip. Mungkin awalnya orang tidak bermaksud untuk bergosip, namun jika diskusi bertele-tele, maka kecenderungan untuk bergosip itu sangat potensial. 

Gosip yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah suatu pembicaraan antara beberapa orang tentang seseorang lain, baik itu orang yang serumah, tetangga, atau grup sebelah, bahkan mungkin tentang orang lain yang jauh dari kita.

Fenomena peralihan yang begitu mudah dari diskusi ke gosip itu sangat ditentukan oleh kecenderungan seseorang yang umumnya sangat mudah tersinggung atau empfindlich, bahkan terlalu kuat dengan mengandalkan rasa. 

Tidak heran beberapa kali sudah bisa diterka bahwa jika seseorang itu kembali dari bepergian jauh, maka pertanyaan pertamanya adalah "was gibt es Neues?" 

Apa makna dari pertanyaan "was gibt es Neues?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun