Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada 4 Alasan Mengapa Cerita Perjodohan Tradisional di Flores Tinggal Kenangan

20 Mei 2021   18:07 Diperbarui: 20 Mei 2021   19:46 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perjodohan tradisional di Flores: Gambar diambil dari: hipwee.com

Meskipun demikian, kenyataan itu tidak berarti bahwa pendidikan itu ternyata bisa menghapus budaya dan kebiasaan masyarakat. Saya yakin tidak demikian, karena pendidikan itu bertujuan untuk mencerdaskan manusia.

Pendidikan itu yang menuntun manusia untuk berpikir kritis terhadap budayanya sendiri dan  jika memungkinkan orang perlu melihat budayanya dengan kacamata transformasi budaya.

Transformasi budaya yang memungkin masyarakat tradisional tidak hanya sekedar memelihara tradisi, adat dan kebiasaan, tetapi juga mampu mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, genetis dan lain sebagainya secara lebih luas, terbuka dan komprehensif.

Dalam arti ini, transformasi budaya yang konstruktif, yang menuntun manusia keluar dari lingkaran cara pikir picik dan tertutup kepada keterbukaan dan universalitas.

Perjodohan tidak lagi dilihat sebagai cara orang tua untuk memelihara hubungan darah, tetapi cara orang tua memperkenalkan anak-anak mereka dengan orang lain dalam arti luas dan terbuka.

Nah, keterbukaan cara pikir inilah yang memungkinkan perubahan bukan hanya dalam dunia perjodohan, tetapi juga dalam dunia kehidupan sosial budaya. 

4. Pengaruh perkembangan teknologi komunikasi

Tidak dapat disangkal lagi bahwa perkembangan teknologi komunikasi turut memengaruhi pergeseran konsep masyarakat tradisional dari perjodohan dengan cita rasa hubungan darah ke perjodohan yang lebih modern.

Perjodohan yang lebih modern menurut anggapan masyarakat tradisional tidak terlepas dari keyakinan bahwa semua itu adalah rencana Pencipta. Tuhan punya rencana sendiri tentang siapa yang akan menjadi pasangan hidup seseorang.

Oleh karena cara pandang seperti itulah, maka tidak heran ditemukan kenyataan-kenyataan di masyarakat tradisional bahwa perkenalan melalui media sosial pun menjadi ajang mencari jodoh.

Kenyataan sosial seperti itu diterima dan dianggap biasa untuk sebagian orang saat ini, bahkan bukan saja dalam konteks masyarakat tradisional, tetapi juga masyarakat umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun