Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada 3 Alasan Setop Bercerita tentang Buku Kesukaan Masa Kecil

19 Mei 2021   04:50 Diperbarui: 19 Mei 2021   22:01 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chatlyn: Dokumen pribadi oleh Ino

Bukan saja mengenang buku kesukaan pada masa kecil, tetapi mencari cara bagaimana mendidik anak-anak zaman sekarang bisa menulis buku sejak dari masa kecil.

Beberapa hari ini saya membaca beberapa tulisan terkait tema buku kesayangan masa anak-anak. Namun, saya belum melihat tulisan yang membahas tentang anak-anak belajar menulis buku.

Spontan saya punya ide untuk membahas itu dari latar belakang beberapa perjumpaan pribadi saya dengan anak-anak. Pertanyaan yang menggelitik adalah mengapa kita hanya melihat pengalaman kesenangan masa lalu kita tanpa berpikir bagaimana mengubah masa lalu kita?

Masa lalu kita diwarnai dengan hal yang sama bahwa kita punya buku kesukaan. Namun, kita harus tahu bahwa masa lalu kita adalah masa lalu yang jauh dari kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dalam semua bidangnya.

Saya akhirnya yakin bahwa sebenarnya sudah tidak cukup kalau kita hanya menceritakan isi buku kesukaan masa lalu dan pesan-pesannya, tetapi lebih dari itu ada hal yang mesti kita pikirkan sebagai orang Indonesia atau penulis Indonesia adalah bagaimana kita membimbing anak-anak kecil agar punya karya sejak kecil.

Ya, mengapa kita tidak membimbing anak-anak kita menulis buku? Nah, rupanya sebagian besar penulis termasuk saya yang masih pemula ini masih terlalu gampang mengikuti arus umum yang mengalir tanpa sisa-sisa refleksi yang kritis. 

Sederhananya bahwa jika generasi kita adalah generasi yang punya buku kesukaan pada masa kecil, apakah tidak mungkin generasi anak-anak sekarang dibimbing bukan saja soal mereka punya buku kesukaan, tetapi bisa menghasilkan buku kesukaan.

Logikanya akan berubah, kita tidak hanya berpaling kepada masa lalu untuk menceritakannya kembali, tetapi kita berusaha mengubah masa lalu. Kesukaan masa lalu sebagai anak-anak diubah ke masa sekarang, dengan bimbingan untuk anak-anak agar mereka menyukai tulisan.

Ya, orang dewasa atau orang tua yang dulu pada masa anak-anak suka membaca buku perlu berani melakukan terobosan baru untuk anak-anak sekarang agar mereka bisa gemar membaca dan menulis, sehingga karya mereka bisa menjadi buku kesukaan orang dewasa pada saat sekarang.

Mengapa perlu mengubah cara pandang dari suka buku pada masa anak-anak ke menghasilkan buku anak-anak dari anak-anak? Ada 3 alasan berikut ini:

1. Anak-anak zaman sekarang lebih mudah menguasai banyak bahasa asing 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun