Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suara Adzan, Rindu Pulang

16 April 2021   02:19 Diperbarui: 16 April 2021   02:23 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suaranya merdu menggelegar, membelah ruang angkasa menembus keheningan jiwa. Suara sapaan yang datang tidak pernah terlambat menyapa jiwa yang berkeluh dan bertepuk dada sesal, mohon maaf lahir dan batin sejak awal.

Suara itu berulang tak kenal lelah, letih dan dahaga. Adakah suara itu suara panggilan? Ia menyapa jiwa-jiwa yang sedang sibuk dengan segala duka dan lara di tengah dunia. Wahai, berhentilah sejenak, tundukanlah kepala dan angkat hati dan mata jiwa. Pandanglah ke atas, mari beryukurlah.

Suara adzan, melengking tinggi, lalu menyisakan getaran syahdu dalam aliran sepi sang waktu. Pekikan dan himbauan, sapaan dan ajakan mungkin latar dari nada-nada yang diciptakan untuk suara adzan itu.

Getaran sepi yang menggema ke segala arah itu merayu hatiku untuk beranjak dan berkaca pada cermin hidup sang khalik di atas. Sang khalik yang sepi dari keinginan dan kepuasan fana di pusaran gelora ambisi manusia.

Ia rindu bersama sang manusia. Ia menyapa tiada hentinya. Ia berbisik dari kedalaman realitas agar semua hati bangkit bersyukur atas kehidupan dan kehadiran sesamanya. 

Suaranya menembus jiwa, hingga suatu ketika, ia menangis minta dan berteriak, "Papa aku tidak sanggup, aku terlalu sedih ketika mendengar suara itu, hatiku terharu." Tangisannya, tak pernah dijelaskan, mengapa? 

Suara itu membuka pintu rasa dan rindu, ya rindu ingin pulang ke kampung halaman. Suara itu mengingatkan saat-saat Dia panggil dan undang, datanglah kita bersatu dalam doa, kata dan tindakan.

Suara cinta yang menepis rasa jauh dari Dia. Suara hati yang ingin merangkul mesra dalam keheningan maaf di bumi, di sini dan sekarang. Marilah dan kita bersujud di hadapan-Nya. Biarlah suaranya terus menembus langit dan angkasa, mengusir ego dan suara-suara benci sesama.

Kita satu dan sama, kita saudara, suaranya adalah suara ajakan, kapan kita bersuara dan lantunkan puji dan syukur pada Dia yang mencipta? Suara Muazin terdengar mesra dari celah jendela tua.

Adzan tiba, mari kita pejamkan mata, hormati dengan cinta dan hati ikhlas.

Salam berbagi, ino, 16.04.2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun