Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lagu Lama yang Selalu Didengar Ulang Saat Bencana

5 April 2021   19:27 Diperbarui: 6 April 2021   12:32 1736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adonara misalnya, deretan pemukiman masyarakat semuanya berada di antara apitan gunung, ya di lereng gunung dan di pesisir laut. Masuk akal juga sih, mereka hidup dari bercocok tanam dan hidup sebagai nelayan. 

Bukan tidak mungkin bahwa pada lereng gunung itu ada yang sudah gundul dan menyerupai kali mati. Kondisi seperti itu, tentu sangat potensial pada musim hujan. Oleh karena itu, semestinya rekoleksi berkaitan juga dengan pengetahuan tentang alam yang ada di sana, di mana yang bukan merupakan jalur air. Perhatian pada hal seperti itu, tentu sudah sangat menolong tentunya, meskipun orang tidak tahu kapan tanah bisa longsor dan lain sebagainya. 

Menurut saya, lebih baik dengan wawasan topografi wilayah pemukiman yang dikaji dengan baik lalu memilih relokasi, daripada harus mendengar lagu ratapan duka dan kesedihan Ebiet G. Ade setiap tahun. Lagunya bagus, cuma tidak ada gunanya mendengar ulang lagu ratapan, tanpa punya dampak pada perubahan dan keselamatan hidup.

Oleh karena itu, hal penting adalah bahwa orang perlu memperhatikan beberapa pesan Ebiet G. Ade berikut ini:

1. Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat

Saya sepakat dengan Ebiet G. Ade bahwa bencana ini bukan hukuman, tetapi suatu isyarat. Isyarat apa? Isyarat bahwa hubungan manusia dan alam itu tidak beres. Mungkin manusia tidak terlalu memperhatikan alam. 

Coba perhatikan siapa yang menyebabkan hutan jadi gundul, siapa yang menyebabkan rumput kering terbakar. Atau seberapa sering orang menanam pohon, merawat lingkungan hutan dan alam sekitarnya? 

Tema sekitar ekologi alam, harus menjadi prioritas yang layak dibicarakan sejak dini, ya tentu tidak hanya untuk kurikulum pendidikan yang berbasiskan cinta alam, tetapi juga untuk masyarakat biasa. 

Gagasan Ebiet itu sungguh penting. Ya, bagi saya Ebiet sudah menulis syair pledoinya tentang keadilan Tuhan. Tuhan tidak menghukum manusia dengan cara seperti itu. 

Tuhan memberi kebebasan kepada setiap manusia. Dan diharapkan kebebasan itu tidak digunakan secara serakah dan bisa berdampak merusakkan alam. 

Saya yakin, alasan lain terkait kelestarian alam itulah yang sering menjadi pertimbangan, mengapa proyek tambang di Flores sering ditolak. Bukan karena menghambat kemajuan, tetapi proyek tambang itu sangat rentan pada bencana dan kerusakan lingkungan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun