Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Cara Mengubah Hidup yang Membosankan?

6 Maret 2021   15:36 Diperbarui: 7 Maret 2021   03:16 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya sih tidak semua hari itu selalu menarik. Mungkin ini menjadi pengalaman dan tantangan bagi penulis. Pengalaman merasa seperti tidak ada yang menarik itu betul saya alami hari ini. Hari ini bagi saya tidak lebih dari satu hari, di mana saya di rumah saja, bahkan di kamar saja. Ya, tidak ada yang baru dan berbeda. Nah, kalau keadaan seperti itu saja, tantangannya, apakah saya bisa menulis tentang hari yang terlihat tidak ada yang baru. 

Ada satu pertanyaan yang muncul setelah itu, haruskah saya larut dengan suasana yang terlihat tidak menarik itu? Atau sebaliknya beranikah saya menulis hari yang tidak menarik itu dan mengubahnya? Wow, bagaimana caranya?

Pada kesempatan renungan  malam, saya berjuang melawan tantangan itu dan berhasil menemukan beberapa cara mengubah keadaan tidak menarik menjadi menarik:

1. Berdiskusi dengan teman tentang tantangan yang sedang dihadapi

Saya memang sedang menghadapi tantangan koreksi dari Profesor di Universitas. Ampun deh, koreksinya begitu teliti, bahkan sudah dua kali pun, ia masih juga menemukan hal yang tidak beres dan perlu dipertanyakan untuk selanjutnya bisa dijelaskan lebih mendetail lagi. 

Ketika saya berdiskusi tentang itu, teman saya bilang, "ya...ya..alles ist nicht so einfach artinya "ya...ya semuanya itu tidak mudah saja." Suasana mulai berangsur seru, ketika ada kata ya...ya.... Ungkapan dua kali ya..ya. bagi orang Jerman di kota Mainz itu sama dengan die kleine Schwester von Scheiße. 

Ya itu kata-kata yang tidak sopan sesuai kultur mereka. Namun, karena itu dari ungkapannya sendiri, sehingga kami berdua akhirnya cuma tertawa. Itulah hal yang mengejutkan bahwa kata tertentu selalu berbeda dimaknai oleh orang lain pada tempat tertentu. 

Serunya lagi bahwa saya pernah mencoba gaya mengoreksi tugas di Jerman itu kembali diterapkan kepada orang Jerman sendiri. Suatu kesempatan pada tahun 2016-2017 saya dipercayakan untuk tugas pendampingan bagi seorang calon yang sedang kuliah Magisternya di universitas Mainz. 

Saya dimintai untuk mengoreksi tugasnya, apa yang saya lakukan adalah persis sama dengan bagaimana profesor Jerman mengoreksi tulisan saya. Ternyata, calon itu begitu stress dan terkejut. Saya hanya berkata, Ya, mau bagaimana lagi, kurang lebih standard di sini seperti itu, mau gak mau harus begitu. Meski ada protes, tapi nurut juga.

2. Menemukan waktu hening untuk masuk kedalam diri

Memang terkait mencari waktu hening untuk masuk kedalam diri sendiri tidak selalu mudah bagi yang belum biasa. Oleh karena hal itu telah menjadi pengalaman saya, maka saya coba membagikan hal ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun