Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

5 Kata Terakhir pada Abschiedsfeier di Jerman

5 Maret 2021   13:23 Diperbarui: 5 Maret 2021   17:28 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk masuk ke dalam dimensi kenangan itu, orang harus melewati fase sakit karena cinta yang ingin dinyatakan secara fisik seperti ingin tetap bersama dan dekat sang ayah, sudah tidak mungkin lagi. Tantangannya adalah bukan hanya jaga jarak (Abstand), tetapi harus terpisah dan ditinggalkan. Gak mudah lho. 

2. Papa, Pria yang kuat dan hebat

Tidak pernah saya bayangkan bahwa ada kata terakhir seperti itu. Tapi ini adalah kenyataan dari anak bungsu pada hari itu (Kamis, 4.04.2021). Saya hanya mengatakan bahwa kata perpisahan itu unik, karena kata perpisahan itu bagaikan suatu letupan hati yang paling dalam tentang cinta, kasih sayang dan perjuangan hidup sang ayah pada anak-anaknya. 

Kata terakhir yang unik ini adalah sebuah pengakuan. Pengakuan terakhir, saat sang ayah tidak bisa lagi mengatakan apa-apa. Ia diam dan tetap diam selamanya hingga hilang semua sedih dan duka ini. 

Itulah kata pengakuan yang tidak pernah ditanggapi, karena bersentuhan dengan misteri kematian manusia. Terasa, ada begitu banyak kisah di muka bumi, bahwa pengakuan itu datang setelah orang tidak berdaya, bisu selamanya, ya meninggal dunia. Benar, kata orang, pengakuan itu selalu datang terlambat. 

3. Selamat jalan papa

Ada tulisan yang terpampang pada peti jenazah bertuliskan selamat jalan. Kata-kata selamat jalan adalah juga kata perpisahan. Kata perpisahan tidak selamanya harus diucapkan, tetapi juga bisa ditulis. Nah, kata seperti itulah yang memberikan saya inspirasi untuk menulis semua kata terakhir itu di Kompasiana. 

Oleh karena bisa ditulis, maka saya menulis kata-kata terakhir menurut pengalaman pribadi saya. Saya percaya setiap orang punya pengalaman bagaimana sulitnya mengungkapkan kata terakhir untuk orang yang kita kasihi. 

Tentu orang sudah pernah dengar kata Aufwiedersehen, tapi menarik ya, anak-anak Mas Mardi tidak menggunakan kata itu. Dari situ saya mengerti bahwa mereka semua masih berakar sebagai orang Indonesia yang mencintai bahasa ibu dan ayah mereka. Jadinya tidak heran, pada peti sang ayah dituliskan "selamat jalan papa." 

4. Kata keheningan

Kata terakhir ini bisa dilihat dari anak-anak yang lain dan sahabat kenalan. Mereka berdiri di depan peti jenazah, lalu hanya memandang dan diam. Semuanya hening tanpa kata-kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun