2. Menulis itu adalah cara memasukan diri ke dalam zona pencerahan diri dan orang lain
Saya punya pertanyaan sederhana seperti ini: berapa buku yang telah saya baca dan berapa kali saya bersyukur bahwa saya dicerahkan oleh apa yang ditulis oleh orang lain. Saya bersalah dalam hal ini. Mengapa?
Saya sudah sering mengalami pencerahan melalui tulisan orang lain, namun saya tidak pernah mengucapkan terima kasih. Latihan seperti ini, baru saya temukan sebulan ini di Kompasiana. Saya bisa langsung menuliskan pada kolom komentar atau secara pribadi. Kesadaran positif ini baru tumbuh setelah sadar betapa berartinya tulisan orang lain.
Tanpa tulisan, saya kira saya tidak bisa menjadi seorang yang bisa mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga tanpa ada kemauan untuk membaca, maka saya tetap tinggal dalam kemapanan diri yang dangkal, karena cuma selalu menganggap diri sudah luar biasa, padahal mungkin belum apa-apa. Jadi, menulis itu sebetulnya cara memasukan diri ke dalam zona pencerahan diri dan orang lain.
3. Menulis itu adalah cara untuk tetap hidup
Apa yang pernah kita katakan dan kita tulis pada suatu waktu itu akan tetap tersimpan dan tetap bisa dibaca oleh siapa saja. Suatu kemungkinan terbuka, bahwa gagasan kita dibaca dan berguna bagi banyak orang. Pikiran ini terinspirasi dari tulisan Romo Pareira yang bisa tersimpan di beberapa universitas di Jerman, Italia dan Amerika. Nah, sekarang zamannya digital, kita bisa menyimpan tulisan kita secara digital juga. Mengapa penting? Banyak orang beranggapan bahwa hanya cinta yang tidak akan pernah mati. Saya kira bukan hanya cinta, melainkan juga tulisan.
Tulisan itu adalah benih kasih yang ditaburkan dan disimpan pada arsip digital yang tidak pernah hilang. Jangan lupa menulis, agar benih kasih kita tertinggal dan bisa dibaca kemudian hari.
4. Menulis adalah suatu proses ongoing formation
Sebulan saya menulis di Kompasiana saya menyadari hal ini, bahwa menulis itu adalah suatu proses bina lanjut (ongoing formation) yang lahir dari inisiatif diri sendiri. Pada poin ini saya kutip sekali lagi Romo Pareira yang pernah menulis seperti ini: menulis itu dapat mematangkan cara berpikir."
Kadang saya begitu yakin bahwa cara berpikir saya sudah begitu matang, padahal cara berpikir saya belum pernah diuji orang lain, apakah cara berpikir saya betul-betul matang, atau sama sekali kanak-kanak. Nah, menulis di Kompasiana itu, bagi saya betul sebagai suatu proses formasi berkelanjutan dari inisiatif diri sendiri dan berguna untuk kematangan cara berpikir sendiri.
5. Menulis sebagai cara berbagi kasih, kebaikan dan inspirasi