Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Penulis Itu Cari Nama? Ini Ada 7 Alasan Mengapa Orang Menulis

28 Februari 2021   02:22 Diperbarui: 1 Maret 2021   00:45 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Menulis itu adalah cara memasukan diri ke dalam zona pencerahan diri dan orang lain

Saya punya pertanyaan sederhana seperti ini: berapa buku yang telah saya baca dan berapa kali saya bersyukur bahwa saya dicerahkan oleh apa yang ditulis oleh orang lain. Saya bersalah dalam hal ini. Mengapa?

Saya sudah sering mengalami pencerahan melalui tulisan orang lain, namun saya tidak pernah mengucapkan terima kasih. Latihan seperti ini, baru saya temukan sebulan ini di Kompasiana. Saya bisa langsung menuliskan pada kolom komentar atau secara pribadi. Kesadaran positif ini baru tumbuh setelah sadar betapa berartinya tulisan orang lain.

Tanpa tulisan, saya kira saya tidak bisa menjadi seorang yang bisa mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga tanpa ada kemauan untuk membaca, maka saya tetap tinggal dalam kemapanan diri yang dangkal, karena cuma selalu menganggap diri sudah luar biasa, padahal mungkin belum apa-apa. Jadi, menulis itu sebetulnya cara memasukan diri ke dalam zona pencerahan diri dan orang lain.

3. Menulis itu adalah cara untuk tetap hidup

Apa yang pernah kita katakan dan kita tulis pada suatu waktu itu akan tetap tersimpan dan tetap bisa dibaca oleh siapa saja. Suatu kemungkinan terbuka, bahwa gagasan kita dibaca dan berguna bagi banyak orang. Pikiran ini terinspirasi dari tulisan Romo Pareira yang bisa tersimpan di beberapa universitas di Jerman, Italia dan Amerika. Nah, sekarang zamannya digital, kita bisa menyimpan tulisan kita secara digital juga. Mengapa penting? Banyak orang beranggapan bahwa hanya cinta yang tidak akan pernah mati. Saya kira bukan hanya cinta, melainkan juga tulisan.

Tulisan itu adalah benih kasih yang ditaburkan dan disimpan pada arsip digital yang tidak pernah hilang. Jangan lupa menulis, agar benih kasih kita tertinggal dan bisa dibaca kemudian hari.

4. Menulis adalah suatu proses ongoing formation

Sebulan saya menulis di Kompasiana saya menyadari hal ini, bahwa menulis itu adalah suatu proses bina lanjut (ongoing formation) yang lahir dari inisiatif diri sendiri. Pada poin ini saya kutip sekali lagi Romo Pareira yang pernah menulis seperti ini: menulis itu dapat mematangkan cara berpikir."

Kadang saya begitu yakin bahwa cara berpikir saya sudah begitu matang, padahal cara berpikir saya belum pernah diuji orang lain, apakah cara berpikir saya betul-betul matang, atau sama sekali kanak-kanak. Nah, menulis di Kompasiana itu, bagi saya betul sebagai suatu proses formasi berkelanjutan dari inisiatif diri sendiri dan berguna untuk kematangan cara berpikir sendiri.

5. Menulis sebagai cara berbagi kasih, kebaikan dan inspirasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun