Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maaf Sang Mawar di Hari Valentine

14 Februari 2021   13:09 Diperbarui: 15 Februari 2021   08:34 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebah terbangun saat dini hari, Lebah ingin sekali melihat kata ampun dari Mawar, namun Lebah sendiri tidak yakin, karena Lebah tahu beberapa hari yang lalu Mawar begitu disakiti. Lebah mengenang kata-katanya yang pedas: Hi, Mawar, kamu bodoh, kamu mengikuti saja semua kebohongan orang lain yang berulah cuma untuk popularitas diri. Tahu gak, dia telah berbohong pada dunia, pada begitu banyak orang melalui caranya."

Mawar yang satu itu cuma sedikit bicara: "Biarkanlah dia senang-senang dengan berita tentang dirinya." "Apa untungnya ketika Lebah harus menanggapi kebohongannya? Jika dia memang berbohong, pasti nanti akan ditegur orang atau sekurang-kurangnya pimpinannya."

Lebab mengenang ungkapan hati Mawar. "Suatu waktu Mawar pernah berkata jujur pada Lebah. "Sayang kamu baik, kalau kamu marah, bisa dengan cepat SMS dan bicara lagi seperti biasa, kalau aku sungguh sulit, bisa sangat lama. Ya, sangat lama."

Lebah ingat kata-kata itu dan percaya bahwa ketika fajar menyingsing menyongsong datangnya hari Valentine tahun ini, Mawar sangat bergulat dengan situasi batinnya. Mampukah aku memaafkannya hari ini? Mawar berjuang mengalahkan dendam dan benci dalam hatinya.

Lebab mengirim pesan pada Mawar: "Mawar, aku gak maksa kamu untuk semua itu. Lebah hanya bisa torehkan maaf berkali-kali sejak hari-hari kemarin itu. Dan hari ini adalah hari terakhir maafku pada hari kasih sayang."

Tambah Lebah, "Ketika hari ini berlalu tanpa maaf, Lebah hanya akan memilih diam, dan akan berubah cara, mungkin saatnya sudah tiba aku harus diam dan diam. Kadang aku pikir untuk apa semua ini? Untuk apa perselisihan? Untuk apa diskusi dan perbedaan pendapat? Kita bertemu mungkin tidak lebih hanya untuk saling mendukung dan berbagi. Aku mengenalmu belasan tahun. Mawar... aku ingat ceritamu pada hari ulang tahunmu. Mawar merindukan sang ayah yang sudah tiada. Bahkan ketika ulang tahun papa yang sudah tiada itu, kamu tidak bisa tidur, terbayang wajah sang papa yang penyayang."

Mungkin aku salah, tapi izinkan aku bicara: "Mawar...mungkin selama ini kamu menemukan figur pengganti sang papa dan tanpa menyadari kamu telah melihat Lebah bagaikan sang papamu sendiri. Cerita kerinduan kamu, ku anggap cerita rindumu yang terdalam pada sang papa yang di surga sana."

Tulis Lebah: "Sekarang Mawar tersakiti karena kata-kataku sang Lebah yang kadang cuma sebentar singgah di hati Mawar, lalu pergi dan menghilang entah kemana. Mawar.. kamu mungkin menganggap selama ini bahwa aku Lebah sangat menyayangimu bagaikan sang papa yang tiada. Aku gak bisa katakan apa-apa selain bahwa cerita pertemanan itu tak selamanya mulus dan indah."

Sekarang Mawar mengirim pesan singkat pada Lebah: "Lebah...Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, tidak akan menghubungi Lebah lagi. Kalau memungkinkan cuma hal yang penting-penting saja. Aku sedih...sedih.. sekali."

Lebah menjawab sederhana: "Sekarang aku hanya merasa diri tidak pantas untuk  berteman dan berbagi dengan Mawar. Aku tahu semua itu karena kata-kataku, ya, karena kelemahanku yang satu dan sama: marah..marah dan kasar. Aku menyesal. mengapa hal ini ada padaku? Aku tidak sanggup menahan sengat pada setiap kebohongan. Ini yang Mawar perlu tahu tentang aku.

Dini hari ini, aku menulis: "Mawar maafkan Lebah.!" Aku tidak akan menghubungi Mawar lagi, cuma untuk menghindari  saat-saat yang sangat mungkin aku menyentuhmu lagi. Aku harus katakan terus terang bahwa caraku untuk menghindari marah adalah dengan mengirimkan bunga Mawar dengan pesan dan cerita tentang Lebah yang terpapar Covid-19. Rasa salahku, marahku biarkan kubawa pergi seorang diri. Aku akan pergi dan biarlah kata-kata ini adalah kata-kata terakhir, penutup dari cerita panjang bertahun-tahun. Maafkan aku sang Lebah yang tak sabar menyengat kebohongan dunia. Terima kasih, Mawar yang penyayang. Aku tahu Mawar diam-diam memperhatikan ibuku di sana. Aku tahu bahwa Mawar jauh lebih menyayanginya daripada saya. Itu kesaksian ibuku. Maaf...ini suara ibuku. Aku tidak ada apa-apanya di mata ibuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun