Mohon tunggu...
Innnayah
Innnayah Mohon Tunggu... Insinyur - Calon Sinematografer

www.innnayah.com | www.cinematic.id | www.pekalonganku.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Keruhnya Sungai di Balik Cerahnya Batik Pekalongan

5 November 2018   13:14 Diperbarui: 10 November 2018   01:10 2259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai di Pekalongan (dokumen pribadi)

"Batiknya mendunia, tercemar sungainya". Rasanya sedih sekali ada yang memberikan komentar seperti ini di postingan Instagram aku pada momen Hari Batik Nasional. Topik pencemaran sungai memang sudah beberapa tahun ini terdengar nyaring di kota batik.

Ketika netizen semakin ramai mempersoalkan pencemaran sungai di Pekalongan, aku mengamini. Emang agak 'jijik' sih kelihatannya. Suatu kali karena macet, aku naik motor menyusuri pinggiran Kali Binatur sambil menahan nafas. Tapi, apa benar ini semua karena batik?

Masih ingat dengan lirik lagu Slank ini?

"Kota batik di Pekalongan, bukan Jogja bukan Solo"

Batik itu bukan hanya milik orang Jawa, hampir setiap daerah di Indonesia punya batik masing-masing. Lalu kenapa Pekalongan yang menjadi ikon kota batik? Sejarah telah menuliskan di kota kelahiranku inilah ratusan tahun lalu batik telah lahir dan berkembang. Ibarat seorang anak manusia, dalam proses pertumbuhannya batik tak luput dari kisah-kisah tak mengenakkan. 

Misalnya saja dari sisi proses produksinya yang konon belum ramah lingkungan. Limbah cair adalah keniscayaan dari pembatikan. Solusi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) sudah dimulai di kota ini. Meski kalau dari beberapa literatur yang aku baca, jumlahnya belum mencukupi.

Membatik Tulis (dokumen pribadi)
Membatik Tulis (dokumen pribadi)
Apa Sih Batik?

"eh aku beli daster batik lho...murah banget 50 ribu" ujar seorang teman.

"loh ini mah bukan batik ceu, sablonan ajah." Jawabku.

Termasuk aku yang notabene orang asli Pekalongan, awalnya menganggap semua kain yang bermotif etnik apalagi dengan bubuhan titik adalah batik. Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia), batik adalah kerajinan tangan sebagai hasil pewarnaan secara perintangan menggunakan malam (lilin batik) panas sebagai perintang warna dengan alat utama pelekat lilin batik berupa canting tulis dan atau canting cap untuk membentuk motif tertentu yang memiliki makna.

Nah, kata kuncinya adalah penggunaan canting tulis atau canting cap. Kalau yang menggunakan alat sablon atau printing tidak bisa dikategorikan sebagai batik. Coba deh sekarang cek lemari bajunya, mana yang batik beneran mana yang bukan.

Bukti Sejarah Nenek Moyangku Pembatik
Van Zuylen yang aktif membatik pada awal 1900an merupakan wanita belanda yang cukup terkenal di Pekalongan. Bisa dibilang, beliau ini legenda batik di Pekalongan. Silakan baca di buku "Batik Belanda 1840-1940 Dutch Influence in Batik from Java History and Stories" bagaimana batik Indo-Eropa yang berkembang di Pekalongan mulai ditiru perusahaan batik milik Tionghoa.

Dalam beberapa catatan sejarah menunjukan bahwa perkembangan batik di Pekalongan telah mulai dilaksanakan pada masa kerajaan Mataram Islam sekitar abad ke-17 Masehi. Dalam dokumen milik VOC disebutkan bahwa pada tahun 1740 pernah terjadi pengiriman kain dari Pekalongan ke Batavia dengan omset sebesar 20 ribu real spanyol (mata uang VOC) per tahun.

Kalian tahu Perang Diponegoro? Peristiwa ini punya andil cukup besar. Pasca perang Jawa pada 1830, keluarga keraton yang meninggalkan daerah kerajaan mengembangkan batik di daerah baru di antaranya Pekalongan. 

Pada perkembangannya, motif dan warna dari keraton mulai berakulturasi dengan budaya lokal. Kedatangan pedagang Melayu, Bugis, Tiongkok, Arab, India, serta masa pendudukan Jepang juga memengaruhi.

Puluhan tahun kemudian, pada tahun 2013 Disperinkop Kota Pekalongan mencatat sebanyak 99,8% industri di Kota Pekalongan didominasi oleh industri kecil dan sebanyak 83,1% bergerak di bidang industri tekstil batik atau printing. 

Hal ini berimplikasi pada mata pencaharian penduduk di Kota Pekalongan yang sebagian besar bekerja di sektor industri sebanyak 76% dan 69,5% di antaranya bekerja di industri batik.

Kondisi sungai di Pekalongan
Aku mencoba mencari kebenaran lewat data ilmiah. Dalam Tesis yang ditulis oleh Putri Yasmin pada tahun 2013 disebutkan bahwa  saluran irigasi dan drainase Kota Pekalongan yang mengalir di Kali Bremi, Kali Meduri dan Kali Asem Binatur telah banyak tercemar oleh industri dan kegiatan domestik. Hal ini menyebabkan sedimen yang berada pada saluran irigasi dan drainase sangat tinggi.

Ingin mengetahui lebih lanjut tentang hasil penelitiannya, aku sempatkan untuk menggali data lebih dalam ke Putri Yasmin yang sekarang adalah peneliti dan konsultan lingkungan.

"IPAL (instalasi Pengolahan air limbah)" di Pekalongan perlu banget. Nggak cukup kalau hanya mengandalkan yang di Kauman dan Jenggot. Kota Pekalongan itu terbebani juga oleh indutri tekstil dari Kabupaten. Berdasarkan hasil Analytical Hierarchy Process, setidaknya perlu dibangun lagi 6 IPAL di Kelurahan Tirto, Kelurahan Pabean, Kelurahan Landungsari dan Kelurahan Degayu."

Menurut Putri Yasmin, masalah lingkungan yang dihadapi oleh Kota Pekalongan terkait dengan limbah batik diantaranya adalah terlampauinya beberapa baku mutu parameter kualitas perairan yang mengakibatkan meningkatnya sedimentasi perairan, blooming enceng gondok, keruhnya badan air dan matinya beberapa organisme perairan.

Pada tahun 2005 telah dilakukan penelitian oleh Nicholson dari universitas Leiden Belanda. Pada dasarnya, sebelum tahun 1980, kondisi air kali di Kota Pekalongan dalam keadaan yang jernih. Akan tetapi, sejak tahun 1992, kondisi kali menjadi berwarna kecoklatan, kemerahan, kehitaman bahkan berwarna hitam pekat. 

Dia menyebutkan bahwa tercemarnya hampir seluruh sungai di Kota Pekalongan merupakan dampak dari pembuangan limbah cair industri tekstil batik printing dan sablon ke badan air. Salah satunya terjadi di Sungai Banger. Dampak yang paling nyata adalah adanya perubahan warna dan timbulnya bau dari air, kematian ikan dan ternak kecil di sekitar kali.

Kota Pekalongan dibelah oleh beberapa sungai, di antaranya sungai Kupang yang akrab disebut Kali Loji. Sungai ini berhulu di sekitar Gunung Kendalisodo. Ketika sampai hilir, beban tubuhnya kian berat. Menghitam, bahkan kadang memerah.

IPAL Batik Belum Optimal
Tepat di samping bak penampungan limbah cair, aku berbincang dengan Om Wiwid salah satu tokoh masyarakat pembatik kota Pekalongan. Kauman merupakan salah satu kampung batik di Kota Pekalongan, letaknya persis di sebelah barat alun-alun.

IPAL Batik di Kauman Pekalongan
IPAL Batik di Kauman Pekalongan

"Dulu, jaman saya kecil saat batik sedang maju-majunya...saya masih bebas kok berenang di sungai. Tidak ada sungai-sungai kotor. Lha sekarang, batik sudah menurun dibanding dulu...tapi sungai begini. Jadi, ini bukan karena batik. Ingat, di hulu ada banyak industri jeans yang pencuciannya dibuang ke sungai."

Dari keseluruhan industri batik di Kota Pekalongan, hanya 0,6% industri yang memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) batik dan selebihnya mengalirkan air limbah batiknya ke badan air (saluran drainase dan kali). Faktor biaya dan kurangnya lahan serta kesadaran menjadi pemicu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada tahun 2003, pemerintah Kota Pekalongan telah membangun IPAL batik di Kelurahan Jenggot dan pada tahun 2009 dibangun IPAL batik di Kelurahan Kauman.

Bak Penampungan Limbah Cair Batik
Bak Penampungan Limbah Cair Batik
IPAL Kauman sebagai salah satu sarana pengolahan air limbah terpadu, mengolah air limbah batik dari sentra industri rumah tangga di Kelurahan Kauman sebelum dilepas ke sungai yang berada tepat di sampingnya. 

Parameter kualitas air dan air limbah dinyatakan dalam himpunan nilai parameter kualitas air yang ditentukan agar badan air dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya dan menjaga kemampuan badan air dalam menampung air limbah tanpa menurunkan daya dukung perairan tersebut. Parameter kualitas air tersebut meliputi tiga aspek, yaitu parameter fisis, biologi dan kimiawi.

Lokasi dan kapasitas IPAL tersebut dinilai kurang efektif dalam menanggulangi debit air limbah batik diseluruh Kota Pekalongan yang mencapai 3.131 m3/hari. Selain itu kedua IPAL di Kelurahan Jenggot dan Kelurahan Kauman tidak terletak pada lokasi yang dapat mencakup semua air limbah batik untuk seluruh produksi batik di Pekalongan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Putri Yasmin dengan menggunakan metode analytical hierarchy process, kriteria pembuatan lokasi IPAL adalah debit limbah, beban lingkungan, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, ketersediaan energi dan ekonomi.

Adapun Sebelas kelurahan yang sebaiknya segera dibangun IPAL tersebut meliputi Kelurahan Tirto, Pasirsari, Landungsari, Sokorejo, Dekoro, Gamer, Pabean, Bandengan, Karangmalang, Kandangpanjang dan Degayu.

Komitmen bersama
Pada tanggal 2 Oktober 2018, aku berada di antara lautan warga Pekalongan yang bersarung batik. Kami mengadakan upacara peringatan dimana batik ditetapkan menjadi warisan budaya dunia. Dalam momen sacral ini dideklarasikan komitmen bersama, salah satunya tentang batik ramah lingkungan.

Mojufri, tokoh pembatik yang menjadi ketua panitia acara tersebut bertutur begini saat kuhubungi.

"Insya Allah aku mau kawal itu (batik ramah lingkungan), mba."

Tim generasi penerus batik Pekalongan yang terdiri dari kumpulan berbagai komunitas ini akan membuat rencana jangka pendek, menengah, dan panjang. Urusan pembuatan IPAL lebih banyak lagi seperti yang diusulkan Putri Yasmin dalam tesisnya tentu juga bagian dari rencana tim ini.


Batiknya berkembang, Lingkungannya Menawan

Lingkungan tempat kita hidup adalah tanggung jawab bersama. Menyalahkan pihak lain itu bukan solusi. Mulailah dari hal sederhana yang kita bisa, misalnya hanya membeli dan memakai batik asli. Batik cap, tulis, maupun kombinasi keduanya. Syukur-syukur memilih batik yang memakai pewarna alami.

Salam hangat dari kota batik dunia
***
Sumber:
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Kota Pekalongan dalam Angka. BPS Kota Pekalongan.
Dirhamsyah, Arif. 2014. Pekalongan yang (tak) Terlupakan. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Pekalongan.
Nicholson FD. 2005. Environmental Dispute Resolution in Indonesia. Disertasi.
Faculteit der Wiskunde en Natuurwetenschappen en die der.
GeneeskundeUniversiteit Leiden.
Yasmin, Putri. 2013. Pemodelan spasial untuk penentuan lokasi instalasi pengolahan air  limbah (ipal) batik di kota pekalongan, jawa tengah. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Intutut Pertanian Bogor
[SNI] 0239: 2014. Pengertian dan istilah batik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun