dan, masih banyak lagi kemampuan-kemampuan "wajib" lain yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Tapi layaknya seorang superman yang akan menjadi lemah ketika dekat dengan kryptonite,
seorang guru juga mempunyai banyak kelemahan,
dimana dengan alasan kelemahan tersebut, maka...
Seperti kutipan lirik pada  lagu "Guru Oemar Bakri" karangan Iwan Fals, "Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri"
Seorang guru (di) Indonesia digaji dengan perhitungan mengajar sebulan dibayar seminggu. Artinya, ketika guru mempunyai beban mengajar 10 jam seminggu, dan honor per jam adalah Rp. 25.000, maka gaji yang dibayarkan adalah 10 x Rp. 25.000= Rp. 250.000, bukan 10 jam (seminggu) x 4 minggu (sebulan) x Rp. 25.000. :P
Is it fair? ask to yourself.
When us, Indonesian teacher, asking about our own rights. We are being faced to the reality that the school can't afford to pay us. Even us, Indonesian teacher, has no rights to negotiate about our own fare. We are professionals, but we don't have the privilege to decide how much we have to be paid. We have to surrender the obligation to the power of the school's management. We have to understand, hence, that the school-especially public school, has a limited budget.
FYI, I'm speaking about a non PNS teacher. Which is usually known as "honorer". I don't know whether the "honor" means a real honor or pride. As far as I know, it is a taboo if we complain about our salary.
Ketika seorang guru berbicara tentang gaji, maka ia akan dinilai tidak ikhlas.
Ketika kami menjadi seorang guru maka kami dianggap telah memahami segala situasi, kondisi dan konsekuensi akan pilihan hidup kami.