Mohon tunggu...
Inna Riana
Inna Riana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ibu rumah tangga yang suka menulis blog dan memasak.

Ibu dari 3 anak laki-laki. Tinggal di Bogor. Blog lain: www.emakriweuh.blogspot.com, www.innariana.com, www.dapurngebut.com, www.inas-craft.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Amanah Menjadi Musibah

12 November 2018   14:15 Diperbarui: 12 November 2018   14:45 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


Kata amanah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Jika kita diberi amanah oleh seseorang, entah itu berupa titipan ucapan atau benda, sebaiknya segeralah disampaikan kepada orang yang dituju. 

Setiap ada amanah, insha Allah saya akan jalani dengan sebaik mungkin. Tapi bagaimana jika amanah tersebut justru bisa mendatangkan musibah? Ini sama sekali diluar perkiraan saya. Jadi, ceritanya begini. Bulan lalu saya tengah mempersiapkan keberangkatan umroh bersama suami. Kabar gembira tersebut tidak serta merta saya siarkan, cukup orang-orang terdekat saja yang tahu dan dalam waktu tidak lama sebelum kami berangkat.

Sebuah telpon masuk ke hp suami, dari Ibu A yang tinggal di kota C, yaitu kota yang sama dengan tempat tinggal ibu kandung saya. 

Ibu A adalah teman ibu saya yang pernah menolong beliau saat sedang kesulitan. Ibu A tahu dari ibu saya kalau kami akan berangkat umroh. Beliau mengucapkan selamat dan kemudian meminta tolong dibawakan paket untuk saudaranya di Arab Saudi. Suami pun mengiyakan, apa salahnya membalas budi Ibu A dengan membawakan paket? Katanya sih, isi paket adalah jamu untuk saudaranya yang bernama Ibu X.

Saat paket dalam perjalanan, Ibu A kembali menghubungi. Mengabari paket sudah dikirim ke rumah saya dan memberitahu kalau ada lima bungkus paket titipan dan dua diantaranya berisi rokok! Keberatan dan khawatir nanti bermasalah dengan imigrasi, suami pun menjelaskan lewat pesan Whatsapp bahwa membawa rokok bisa beresiko. Suami sudah berpengalaman pergi ke luar negeri dan melihat sendiri saat temannya membawa rokok ke Singapura langsung disita di bandara. "Aman, kan udah dipecah jadi dua. Bawa aja seorang satu sama Neng Inna," kata Ibu A. Oh oke, jadi saya disuruh bawa rokok di koper. Entah ada berapa bungkus rokok dalam 1 paket tersebut...

Ibu A pun terkesan memaksa agar kami membawa paket-paket tersebut. "Aman kok, udah biasa," Hmm, kayaknya tiap ada siapa pun yang mau ke Arab, maka keluarga Ibu A ini hobi nitipin paket. Termasuk saya yang ketitipan dan kebetulan punya 'hutang budi' pada Ibu A. Jadi nggak bisa nolak. Ibu A bilang, saudaranya jadi istri kedua orang Arab dan kaya. "Nanti kalau dibawain paket, nggak usah khawatir sama oleh-oleh. Nanti dia ngasih oleh-oleh dari Arab," bujuknya. Engg, kita bisa beli oleh-oleh sendiri kale, bukan bawain paket karena minta oleh-oleh gratisan.

Saya sempat curhat pada ayah saya (ibu dan ayah saya sudah bercerai), reaksi beliau adalah marah karena kami bersedia membawa paket berisi rokok itu. "Pulangin aja!" suruh beliau. Ah, tetap saya merasa nggak enak hati. Suami saya pun masih menyanggupi untuk membawa paket tersebut. Dia bilang, kalau saya nggak mau bawa paket rokok, maka dia akan titip ke koper temannya (sesama jamaah umroh).

Paket pun tiba. Saya buka, di dalamnya ada lima bungkusan yang terbalut erat dengan kertas kado dan lakban. Dua diantaranya sudah tertebak isinya rokok (mungkin sekitar 10 atau 12 bungkus per paketnya). Dua lainnya berukuran sama, dan satu ukuran lebih besar. Lima paket itu ditulisi dengan spidol: AMANAH BAPAK B untuk dua paket rokok, AMANAH BAPAK C untuk dua paket kecil, AMANAH IBU D untuk satu paket besar. AMANAH ya AMANAH. Betul-betul ditulisi dengan huruf kapital supaya kami ingat bahwa semua paket itu adalah AMANAH YANG HARUS DISAMPAIKAN!

Sumpah, saya penasaran banget pengen buka itu paket. Sayang, suami lagi ke luar kota dan baru kembali dua hari sebelum kami berangkat umroh.

Akhirnya, suami pulang ke rumah. Kami segera disibukkan dengan mengepak koper, lupa sama paket amanah. Pada malam hari sebelum kami berangkat umroh keesokan paginya, barulah paket tersebut dibuka. 

Pertimbangannya, buat jaga-jaga jika imigrasi minta kami membuka paket supaya tidak memakan waktu. Sekalian juga, saya kepo berat. Penasaran pengen tahu apa isinya karena perasaan kok curiga banget ada sesuatu yang berbahaya lebih dari rokok dibalik paket-paket itu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun