Mohon tunggu...
inna dalilah
inna dalilah Mohon Tunggu... Guru - Kepsek SDN 16 Singkawang

travelling, punya beberapa buku pribadi dan antalogi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Ujung Pengabdian

30 Maret 2023   11:14 Diperbarui: 30 Maret 2023   11:21 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pensiun adalah penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang bekas pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai kehidupan selanjutnya agar tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari  penghasilan yang lain.

Berdasarkan UU No.11 Tahun 1969, Pensiun diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintah. Berdasarkan Undang-undang No.43 Tahun 1999 Pasal 10, Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Pada pokoknya adalah menjadi kewajiban setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk ini setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah yaitu Taspen ( Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri).

Pensiun adalah berhentinya seseorang dari tempat ia berkarir, setelah memasuki umur tertentu. Dalam masa pensiun ini terjadi banyak perubahan, misalnya penurunan pemasukan dan penambahan waktu luang. Sebagian orang bisa beradaptasi dengan baik, tapi sebagian orang mengalami "post power syndrome" yaitu ketidakmampuan  seseorang dalam beradaptasi dengan situasi baru.

Terlepas dari itu semua, ketika dua orang guruku memasuki masa pensiun, ini merupakan masalah buatku. Sebagai seorang kepala sekolah di sebuah sekolah kecil, ditinggal oleh dua orang guru membawa dampak yang besar. Mereka pensiun di waktu yang hampir bersamaan. Pak Saniri guru olahraga  pensiun bulan Agustus dan bu Hardiwati guru kelas satu di bulan September. Di luar sana banyak mahasiswa lulusan PGSD yang  siap untuk menjadi tenaga honorer, tapi berat buat sekolahku untuk memberdayakan mereka, karena dana BOS yang kami terima tidak seberapa. Sementara kami masih menunggu kepastian guru P3K yang mendaftar ke sekolah kami sebanyak 3 orang. Aku berharap mereka mau lanjut mengajar, tapi tanpa digaji. Ketika kusampaikan keinginanku, ternyata mereka mau. Alhamdulilah...

Ketika terbit surat edaran kegiatan  lomba Kelas Menyenangkan dan Sekolah Menyenangkan yang dicanangkan oleh kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di kotaku, semua guru kelas bersemangat menghias kelasnya masing-masing. Ada yang memanggil orang tua yang tergabung dalam Paguyuban, ada juga yang minta bantuan dengan tenaga kependidikan yang ada di sekolah. Termasuk bu Hardiwati yang dengan senang hati mengeluarkan dana dari kocek sendiri, dan bekerja tidak hanya di sekolah, tapi  di kerjakannya di rumah dengan melihat contoh di google. Dan kelasnya berhasil menjadi juara satu lomba Kelas Menyenangkan di sekolahku.  Akupun menghadiahkan piala yang kubeli itu dari pengajuan proposal kepada salah satu penerbit yang ada di kotaku. Disamping memberikan  hadiah selain piala untuk semua wali kelas karena telah bersusah payah menyulap kelas mereka menjadi lebih indah. Sementara pak Saniri tidak segan-segan membantuku membuat taman setelah ia menyelesaikan tugasnya mengajar pelajaran PJOK. Dua orang sosok guru yang benar-benar is the best.

Menjadi guru adalah sebuah pengabdian dan guru berprestasi adalah sebuah kebanggaan. Tugas penting dan tidak ringan tersebut umumnya kita dapati di lapangan telah dilakukan oleh guru dengan penuh perasaan cinta, tanggungjawab dan keikhlasan. Salah satunya adalah bu Hardiwati dan pak Saniri. Mereka guru yang ikhlas menebar ilmu meski mereka tidak lagi digaji.

Pilihan hidup menjadi seorang guru bila dilakukan dengan tulus dan ikhlas dan rasa cinta pada profesi akan memberikan rasa bahagia yang tidak dapat diukur dengan materi. Seperti yang terjadi pada mereka berdua. Usia 60 tidak tergambar di wajah mereka, karena rasa bahagia dan bangga menjadi guru, membuat mereka selalu siap untuk mengabdikan diri pada dunia pendidikan.

Semoga masih ada guru-guru lain yang sama seperti mereka, yang dengan ringan tangan tetap mengabdikan diri, demi kemajuan anak bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun