Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Selasar (Sharing Pengalaman Di Lorong Pasar) 1 Pena dan Buku Bersama Bang Andi, Founder IMJ

16 Desember 2016   11:31 Diperbarui: 16 Desember 2016   11:48 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada empat hal yang harus dimiliki oleh setiap komunitas relawan, pertama harus komitmen, kedua konsisten, ketiga loyalitas dan keempat totalitas. Mengetik empat kata ini sungguh lebih mudah daripada menerapkannya. Umumnya empat prinsip tersebut dimiliki oleh perusahaan multinasional, yang reward perbulannya cukup untuk bayar cicilan mobil mewah, rumah bagus dan rekreasi ke luar negeri. Tapi ini diterapkan di komunitas relawan, bagaimana mungkin ?. Menjadi relawan itu tidak dibayar, tidak juga mengharap imbalan.

Bekerja tanpa pamrih. Padahal dia juga manusia yang punya keluarga dan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Setidaknya ada biaya sewa kontrakan atau cicilan motor yang harus dibayar setiap bulannya. Memikirkan diri sendiri terurus saja belum sanggup apalagi memikirkan orang lain. Empat prinsip yang mustahil dipraktekkan di dunia relawan, sepertinya. Keraguan ini patah seketika ketika mendengar obrolan hangat dan diskusi seru bersama bang Andi Malewa, founder Institut Musik Jalanan rabu 7 desember minggu lalu di kios Pena dan Buku dan Kopi Sahabat.

Mendengar beliau bicara mengenai relawan, sungguh diri ini masih sangat kecil sekali dibandingkan apa yang sudah beliau lakukan selama ini. Delapan tahun lebih hingga detik ini, beliau terus semangat berjuang  di IMJ menggenapi tujuan hidupnya. "Menjadi relawan haruslah punya visi yang jelas, harus tau goalnya. Bukan sekedar sampingan atau alternative pengisi waktu luang"tegas bang Andi, menohok tenggorokanku yang masih sering kerja setengah2.

Masih teringat cerita beliau ketika ada relawan yang ijin tidak bisa ikut rapat, relawan itu disuruh menyelesaikan urusannya hingga kelar dan tidak usah balik lagi ke IMJ. Jikalau hal ini dilakukan di tiga komunitas yang kuikuti , wah bakalan kelar beneran komunitasnya.Tamat alias bubar jalan alias khatam. Lha wong hampir di setiap kegiatan, tidak pernah lengkap personelnya, selalu saja ada yang ijin tidak datang. Padahal di awal ketika memulai komunitas, semangat dan euforianya membubung hingga ke langit ketujuh.

Itulah bedanya bang Andi, beliau yakin dengan apa yang sedang dilakukan. Jadi teringat quotenya pak Hikmat Hardono yang sekarang mejeng di kios penadanbuku “berani adalah meyakini cita cita dan terus berjalan”. Mau berjalan sendiri tetap harus maju terus. Mau berjalan sendiri seumur hidup pun harus tetap bergerak maju tak gentar. Itulah relawan yang punya visi, itulah relawan yang berani.

Semua dimulai dari sebuah kegilaan, kata bang Andi ketika memulai perjalanan IMJ.  Hampir semua orang mengatakan tidak mungkin mencapai mimpi itu. Namun dengan konsistensi, waktu mengubah segalanya. yang mustahil menjadi mungkin. yang mengatakan gila sekarang pun ikut gila, karena mempercayai mimpi gila yang akan diraih.

Aku membayangkan betapa berat perjuangan beliau, membangun IMJ dari nol hingga sekarang. Tidak sekedar buat bangunan lalu diberi plang IMJ. Tetapi bang andi membangun manusianya, asset terbesar IMJ. Membongar sudutpandang mereka, mempreteli kebiasaan2 buruk mereka. Mereka yang masuk IMJ haram ngobat, haram minum. Sekilas bang andi ini juga menjadi pak kyai yang marahin santrinya.

“Orang lain boleh datang dan pergi seperti laron, tapi kita jangan.karena saya apinya, sayalah yang menjaga nyala api ini. saya jangan padam” begitu kata bang andi menjelaskan mengenai posisi dirinya di IMJ. Dialah apinya, dialah ruhnya, dialah jiwanya. 

Teruslah mendayung, bukankah perahu yang diam lama lama akan tenggelam. Harus bergerak walau kadang kecepatannya menurun. sudah seharusnya komunitas relawan tetap beraktivitas, bukanlah kegiatan seremonial atau hanya kegiatan yang diadakan ketika waktu senggang.

“Aku adalah sang nahkoda kapal. Orang yang ingin ikut kapalku harus ditanya terlebih dahulu, ingin menjadi apa di kapal ini ? menjadi penumpang saja atau awak kapal ? Bila menjadi penumpang, duduk dan nikmati saja tidak usah ikut mengurusi arah kapal. Bila menjadi awak kapal, bantu dan patuhi komando nahkoda agar kapal ini berlayar mencapai tujuan. Teruslah mendayung “. Leader itu hanya satu, yang lainnya ikut keputusan leader.Terkesan otoriter sie menurut saya, tapi mungkin gaya kepemimpinan itu yang tepat untuk menahkodai IMJ. Buktinya IMJ terus bermusik hingga saat ini. Quote hidup bang andi adalah kalau takut jangan berani berani. Kalau berani jangan takut takut.Makna yang kutangkap dari quote ini hidup ini jangan setengah setengah, harus totalitas. 

Bang Andi datang dengan semangat meluber malam itu, sehingga kami para pendengarnya pulang dengan keyakinan penuh untuk terus berkarya. Terimakasih Bang Andi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun