Mohon tunggu...
Gamal Albinsaid
Gamal Albinsaid Mohon Tunggu... Dokter - Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar dari Pandemi Tahun 1918-1919

18 Juni 2020   16:03 Diperbarui: 18 Juni 2020   16:09 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sebaliknya, Pittsburgh, dibawah perintah departemen kesehatan Pennsylvania, menerapkan larangan pengumpulan massa pada 4 Oktober 1918. Tetapi pejabat kota menunda hingga 24 Oktober sebelum melaksanakan penutupan sekolah. Seminggu kemudian, pada 2 November, negara bagian menghapuskan larangan pengumpulan massa. Kota menerapkan intervensi non farmakologi terlambat dan terpisah. Beban kematian kumulatif pittsburgh (edr 807/100.000) peringkat 43 dari 43 kota selama periode penelitian.

Belajar dari St. Louis

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Kota-kota yang bertindak tepat waktu & secara komprehensif tampak mendapat manfaat paling besar dalam pengurangan total edr (excess death rate). Misalnya, St. Louis yang menerapkan strategi intervensi non farmakologi awal, strategi berlapis (penutupan sekolah & pembatalan pertemuan publik), & mempertahankannya sekitar 10 minggu, tidak mengalami wabah yang hampir merusak seperti 36 komunitas lain dalam penelitian ini.

Belajar dari Denver

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Pengalaman 1918 menunjukkan bahwa intervensi non farmakologi yang berkelanjutan sangat bermanfaat & harus aktif selama puncak pandemi di wilayah tersebut. Puncak gelombang kedua sering mengikuti serangkaian aktivasi, deaktivasi, dan reaktivasi dari intervensi non farmakologi. Hal ini dikarenakan intervensi non farmakologi memiliki sifat protektif sementara dan membutuhkan respon yang berkelanjutan.

Misalnya, Denver (edr = 631/100.000 populasi) merespon dua kali dengan intervensi non farmakologi yang lebih panjang, termasuk larangan pengumpulan massa, penutupan sekolah, isolasi & karantina, & intervensi tambahan. Tindakan ini tercermin sementara pada 2 puncak kurva mortalitas. Kota dengan dua puncak, aktivasi intervensi non farmakologi diikuti oleh penurunan kematian, dan, biasanya, ketika intervensi non farmakologi dinonaktifkan, tingkat kematian meningkat.

Hasil dan Kesimpulan

Penelitian itu menunjukkan berbagai upaya intervensi non farmakologi berupa jaga jarak sosial berperan dalam menunda puncak mortalitas (kematian), menurunkan tingkat puncak mortalitas (kematian), dan menurunkan total kematian. Hasil dari penelitian itu juga menunjukkan bahwa kota-kota yang menerapkan intervensi non farmakologi lebih awal dapat menunda puncak kematian lebih lama, tingkat kematian puncak yang lebih rendah, dan total kematian yang lebih rendah. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara peningkatan durasi intervensi non farmakologi dan penurunan total kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun