Mohon tunggu...
Gamal Albinsaid
Gamal Albinsaid Mohon Tunggu... Dokter - Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar dari Pandemi Tahun 1918-1919

18 Juni 2020   16:03 Diperbarui: 18 Juni 2020   16:09 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Gambar di atas menampilkan kurva mortalitas 4 kota khusus, termasuk EDR excess death rate) setiap pekan, intervensi non farmakologi yang diimplementasikan beserta tanggal aktivasi dan deaktivasinya untuk ST. Louis, New York City, Denver, dan Pittsburgh. Secara keseluruhan, kota-kota yang menerapkan intervensi non farmakologi lebih dini mengalami penundaan terkait pada waktu ke puncak kematian, pengurangan pada besarnya puncak kematian, dan penurunan pada beban total kematian.

Intervensi non farmakologi merupakan penyebab perbedaan edr (excess death rate) pekanan di kota-kota tersebut. secara spesifik, kombinasi intervensi non farmakologi termasuk penutupan sekolah dan larangan pengumpulan massa memiliki hubungan paling signifikan dengan EDR (excess death rate) pekanan.

Pemahaman dan temuan pertumbuhan eksponensial dari pandemi influenza memberikan asumsi bahwa waktu intervensi merupakan faktor terpenting. Pemahaman tersebut sesuai dengan realitas biologis yang ditemukan pada pandemi Tahun 1918, dimana PHRT (public health response time) merupakan faktor penting dalam keberhasilan penerapan intervensi non farmakologi.

Belajar dari New York City pada pandemi 1918-1919

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

 Intervensi terlambat, terlepas dari durasi, hampir selalu berkaitan dengan hasil yang lebih buruk. namun, waktu saja tidak secara konsisten berkaitan dengan keberhasilan. kombinasi & pilihan intervensi non farmakologi juga penting seperti yang dikonfirmasi model multivariat.

 PHRT (public health response time) NYC adalah 11 hari dan edr (excess death rate) adalah 0/100000 populasi pada saat pelaksanaan intervensi non farmakologi. NYC merespon kasus influenza pertamanya dan tingkat keparahan epidemi di kota-kota sekitarnya tanpa menunggu tingginya angka kematian oleh karena itu, intervensi non farmakologis harus dimulai sedini mungkin.

Sebagai contoh, new york city bereaksi paling awal terhadap pandemi influenza, terutama dengan menerapkan prosedur karantina dan isolasi wajib yang terus berlanjut (10 pekan mulai 19 september 1918) dan ketat, bersamaan dengan peraturan jam kerja yang bergiliran mulai dari 5 oktober hingga 3 november 1918. selama pandemi ini, departemen kesehatan new york city terkenal secara internasional karena kebijakannya yang inovatif dari kewajiban pelaporan kasus dan prosedur isolasi dan karantina yang ditegakkan dengan keras.

Di new york city, orang dengan diagnosis influenza diisolasi di rumah sakit atau fasilitas darurat, sedangkan yang diduga memiliki kontak dengan orang yang sakit dikarantina di rumah mereka dengan plakat resmi yang menyatakan bahwa lokasi harus di karantina. New York City memasang respon awal & berkelanjutan terhadap epidemi & mengalami tingkat kematian terendah di pesisir timur, namun tidak melakukan respon berlapis. Beban kematian kumulatif New York City, 452/100.000, berada di peringkat 15 dari 43 kota yang diteliti.

Belajar dari Pittsburgh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun