Mohon tunggu...
La Iwang (Semesta Wadagiang)
La Iwang (Semesta Wadagiang) Mohon Tunggu... Editor - Apa jadinya andai fikiran orang-orang dulu itu tak di bukukan?

Aku hanya belajar untuk bisa terus belajar. Belajar dari mereka, belajar dari kalian semua........

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Good Bye Reformasi

19 Mei 2017   15:29 Diperbarui: 31 Oktober 2017   12:52 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Darah Juang.........
Dulu itu lagu kau yang menyuruhku menghafalnya, bukan?
Aku suka sekali dengan lagu itu. Lagu yang dulu kerap membuatku menangis saat menyanyikannya bersamamu di bawah Bendera Merah Putih.

Tegakkan Supermasi Hukum, Berantas KKN, Adili Soeharto dan para kroninya, Amandemen Konstitusi, Cabut Dwi Fungsi ABRI, Berikan Otonomi Daerah Seluas-Luasnya. Hidup mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!! Hidup Reformasi!!

Belasan tahun telah berlalu....
Piring ideologi kita sama. Idealisme dan cita-cita kita sama.
Negara tanpa kesenjangan, tanpa penindasan, Adil dan Makmur.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI Harga Mati!!
Teriakan dan cara kita melempari aparat juga sama, bukan?

Ah, sudah lama sekali kita tak jumpa, sahabat...
Aku dengar kamu kini telah menjadi seorang senator Republik ini. Aku senang sekali mendengarnya. Aku suka membuka profilmu di facebook. Wajahmu bersih dan semakin berwibawa. Sesekali kau menulis status. Tulisanmu pun masih seperti yang dulu. Demi Rakyat! Rakyat diatas segala-galanya. Aku senang, Aku rindu padamu. Dan kau terlalu sibuk.

Lalu tiba-tiba............

“Mari satukan langkah! Reformasi harus terus dijaga. Banyak Pengkhianat.” Katamu beberapa bulan lalu via inboks. . Kau bilang,
“Aku selalu membaca tulisan-tulisanmu di medsos". 

"Tumben, kau menyapaku, sobat?" Responku sedikit kaget.

"Ubah cara pandangmu, keadaan telah berbalik. atau kau sedang frustrasi?” Lanjutmu, seperti dulu kau selalu mencuci otakku. Dan kaupun lalu bicara banyak tentang NKRI. Radikalisme, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan tentang 212

Aku terdiam. Bicaramu barusan mengingatkanku dengan cara-cara Orde Baru memberangus gerakan reformasi yang kau perjuangkan dulu. Radikalisme, Anti Pancasila, Mengancam NKRI. Lalu apa perbedaanmu dengan Orde Baru? Batinku.

“Hahaha” Aku tertawa. Aku tak tahu harus bilang apa. “Eh, aku punya tulisan tentang Radikalisme” Kataku selanjutnya.

“Kirim via email, ya! Aku mau membacanya” Katamu.

“Ok. Aku kirim sekarang. Baca dan koreksi ya!”

“Sipp”

Dan beberapa hari setelahnya, ketika aku chat, aku sms, aku telpon, tak pernah lagi kau mau menjawabnya. Terlalu sibukkah atau kau tak suka dengan tulisanku tentang radikalisme itu?

Tetapi sahabat...
Mohon maaf, memang aku kini tak lagi suka dengan Das Kapital atau Manifesto Komunismu itu. Aku kini telah mencintai Islam. Aku mencintainya lebih dari apapun. Bahkan Negara sekalipun. 

Maka Peluk sajalah terus reformasimu itu, sahabat...
Dan manakala engkaupun telah melihat Islam sebagai lawan, sekali lagi maafkan aku, pasti aku akan melawanmu!! 

Dan bila perlu aku akan bilang : Good Bye Reformasi!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun