Mohon tunggu...
La Iwang (Semesta Wadagiang)
La Iwang (Semesta Wadagiang) Mohon Tunggu... Editor - Apa jadinya andai fikiran orang-orang dulu itu tak di bukukan?

Aku hanya belajar untuk bisa terus belajar. Belajar dari mereka, belajar dari kalian semua........

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Filosofi Cinta Sang Aktivis

1 Maret 2017   20:10 Diperbarui: 19 Mei 2020   00:59 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Hahaha...Kalau untuk konteks cintamu pada si Anggun itu, masih iya, cintamu itu memang benar-benar seperti kentut, ditahan jadi penyakit, dibuang orang ribut. Hahaha”

Rita yang keheranan melihat kami hanya senyum-senyum saja lalu beranjak menuju kamar villa. Aku dan Raihan masih teruss tertawa-tawa diantara diskusi yang semaikin dalam. “Persepsi terkinimu, Han??” Aku ingin tahu apakah Raihan masih bertahan pada filosofi-filosofi cinta terdahulunya atau telah berubah.

“Apa itu cinta? Kata Aristoteles, aku berfikir maka aku ada. Kata Muhammad, tafakkaru fi khalqillahi wa la tatafakkaru fil khaliq. Fikirkanlah ciptaan-Nya dan jangan fikirkan pencipta-Nya. Tugas kita hanya memikirkannya, bukan memikirkan-Nya. Jika kamu benar-benar memikirkannya, maka kamu akan percaya. Jika kamu sudah percaya, berfikirlah lebih dalam lagi agar kamu lebih percaya. Jika kamu sudah lebih percaya, maka beranilah mengambil resiko dari kepercayaanmu itu. Sebab, dengan berani mengambil resiko dari kepecayaanmu itu, maka kepercayaanmu pada-Nya itu, barulah layak disebut IMAN”.

"Apa pula hubungannya dengan cinta???" Kejarku.

“Iman itulah CINTA. Dan ketahuilah, ketika kepercayaanmu sudah sampai pada level cinta, maka tak ada alasan untuk tidak berbahagia. Kenapa? Karena Tuhan akan selalu menyapamu didalam kitab sucinya; Hai orang-orang yang beriman”.

“Lalu??"

“Ketika Dia sudah menyapamu seperti itu, bergegaslah menyambut sapaannya. Jika Dia memerintahkan sesuatu, bersegeralah melaksanakannya, jika Dia melarangmu sesuatu maka bersegeralah meninggalkannya. Bukankah cinta memang butuh pembuktian? loyalitas adalah pembuktian, itulah pengorbananmu. Cinta butuh pengorbanan, bukan?? sejauh mana kadar pengorbananmu, sejauh itulah kualitas cintamu. Setinggi apa kadar cintamu, setinggi itulah kualiatas ketaqwaanmu. Manusia yang paling mulia disi Allah adalah manusia yang paling bertaqwa. Taqwa itulah implemantasi sekaligus esensi cinta" Demikianlah jika Raihan sudah bicara soal cinta. Panjang dan butuh pendalaman.

Udara semakin dingin, jam sudah menunjuk angka 02.30. Dalam hati aku terus membatin. "Tuhan, terima kasih Engkau telah memberiku sahabat-sahabat terbaik".

“Tapi, Han?”

“Kenapa?”

“Si Rita kok kayaknya kurang semangat kita bahas-bahas cinta?” Sekilas Raihan melirik ke arah kamar Rita dan memelankan suaranya setengah berbisik. Tampak sekali ada sebuah rahasia besar yang disembunyikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun