Mohon tunggu...
La Iwang (Semesta Wadagiang)
La Iwang (Semesta Wadagiang) Mohon Tunggu... Editor - Apa jadinya andai fikiran orang-orang dulu itu tak di bukukan?

Aku hanya belajar untuk bisa terus belajar. Belajar dari mereka, belajar dari kalian semua........

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Cinta Abraham Samad (Satu fakta lain)

24 Februari 2015   21:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:35 5244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14247628791916779336

Kawan, hari ini kulihat wajahmu tak seceria hari-hari kemarinmu. Matamu tidak setajam ketika kau balikkan nasib baik Nazaruddin, Luthfi Hasan, Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, atau Ratu Atut dan sederet gembong koruptor lainnya di negeri ini.

Pagi ini, kulihat matamu sedikit sayu, mungkin kau sedih mengenang detik-detik ketika para calon presiden, para parpol, para tim sukses ramai-ramai menebar keharuman namamu untuk meraih simpati rakyat.

Hatimu mungkin kecewa ketika kau liihat rakyat pendukung Jokowi-JK yang dulu menggelarimu sebagai satu dari Pandawa Lima mereka, hari ini dengan senyum-senyum biasa melihatmu dan membiarkanmu berjalan sendiri.

Sedih dan Kecewa? Manusiawi rasamu itu, kawan...

Kau tahu? Aku tak ragu sedikitpun bahwa kau tetaplah laki-laki terbaik yang pernah aku kenal di negeri yang paling beragama tetapi sangat maling ini.

Aku bersyukur, bahwa langkahmu terhenti hanya karena sebuah fragmen KTP dan seorang pelacur misterius. Bagiku, Itu adalah bukti bahwa kaulah pejabat Negara yang paling bersih. Semua orang juga tahu, bahwa kasus yang dituduhkan padamu itu hanyalah roman picisan yang oleh rakyat jelata sekalipun sangat suka melakukannya.

Sebagai orang yang mengaggumimu sekali lagi aku bersyukur. Sebab ketika suatu hari kulihat dengan lantang kau teriak akan membongkar skandal Century dan BLBI, aku berfikir bahwa tak lama lagi kaupun akan tewas misterius seperti halnya Baharuddin Lopa dan Munir, atau minimal kau akan mengalami peristiwa yang setingkat dengan skenario ketika Antasari Azhar dihabisi.

Tetapi kau? Langkahmu terhenti, hanya oleh rekayasa kasus yang semenjak kemerdekaan memang telah menjadi hiburan kecil bagi petugas-petugas negara ditingkat lurah dan desa.

Dan kau? Kau adalah Ketua KPK. Ketua dari salah satu Lembaga Tinggi Negara Republik Indonesia.

Ayo kawan, hidupkan lagi matamu. Tetaplah menatapku tajam dengan tatapan mata elangmu. Tatapan laki-laki jantan yang kukagumi.

Makassar, 24 Pebruari 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun