Mohon tunggu...
Inita Trimania
Inita Trimania Mohon Tunggu... Lainnya - Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University

Selanjutnya

Tutup

Money

Corona Virus, Dua Mata Pisau bagi Pertanian Indonesia

18 Mei 2020   11:33 Diperbarui: 18 Mei 2020   11:25 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada awal tahun 2020 masyarakat dunia digemparkan oleh penemuan corona virus jenis baru yang dikenal sebagai Covid-19. Berdasarkan update terakhir WHO pada tanggal 17 Mei 2020, jumlah kasus Covid-19 yang terkonfimasi yaitu sebanyak 4.525.497 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 307.395.

Seiring meningkatnya jumlah penderita Covid-19, banyak ahli gizi dan dokter yang menyarankan untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayur sebagai upaya untuk mencegah penularan corona virus. 

Salah satunya adalah ahli gizi masyarakat Institut Pertanian Bogor, Ali Khomsan. Beliau menghimbau kepada masyarakat untuk mengkonsumsi produk pertanian (terutama sayur dan buah) secara rutin untuk meningkatkan imunitas tubuh, utamanya untuk mencegah penularan corona virus. 

Tingkat konsumsi produk pertanian (buah dan sayur) meningkat karena masyarakat semakin sadar mengenai manfaat mengonsumsi produk pertanian ditengah merebaknya corona virus. 

Selain itu permintaan pasar domestik maupun internasional terhadap produk holtikultura cukup tinggi. Hal tersebut membawa peluang tersendiri bagi sektor pertanian.

Namun bagaikan dua sisi mata pisau, selain membawa peluang bagi sektor pertanian corona virus juga membawa sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku bisnis di sektor pertanian. 

Diterapkannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) menyebabkan terganggunya rantai pasok pangan (food supplay chain) karena terhambatnya logistik sehingga mengakibatkan terjadinya volatilitas harga pangan. 

Maximo Torero Cullen, Chief Economist of FAO (Food and Agriculture Organization) menyebutkan bahwa tersumbatnya jalur transportasi menghambat rantai pasokan makanan segar dan juga menyebabkan peningkatan food loss dan food waste. Pembatasan aktivitas sosial juga menghambat akses petani ke input dan output pasar sehingga dapat menurunkan jumlah produksi.

Dikala banyak bisnis mengalami kerugian dan gulung tikar, pertanian menjadi sektor yang harus terus eksis untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 268 juta penduduk Indonesia. 

Untuk itu pemerintah harus menaruh perhatian yang besar pada pertanian dan menggenjot produksi pangan dan holtikultura agar tidak terjadi krisis pangan yang akan memperburuk situasi Indonesia ditengah adanya pandemi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun