Mohon tunggu...
Bobby Junaidi
Bobby Junaidi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang Apa Saja

Gue tuh orangnye ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Ponsel dan Ilmu Pelet

26 Februari 2018   05:07 Diperbarui: 26 Februari 2018   05:53 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Niatnya sih mau ke Baduy, Banten, tempat tinggal Urang Kanekes. Tapi karena sudah kemalaman di jalan dan hujan mengamuk tak henti-henti, akhirnya keinginan kudu diurung. Lagi pula, ada cerita menarik selain soal kesohornya keturunan tentara Pangeran Pucuk Umun, penguasa ujung barat Pulau Jawa yang ditugaskan menjaga dan mengelola kawasan hutan lebat di wilayah Gunung Kendeng tersebut.

"Percuma bang, ga bakal diizinin masuk sama kuncennya karena udah malam. Lagian juga hujan. Mending ke rumah saya saja, istirahat besok baru ke sana," kata Aji Aan Setiana, warga Bojong Manik, Lebak, Banten, memberi saran sekaligus tawaran saat berteduh di depan kios milik penduduk di Cimarga, kabupaten yang sama pada Sabtu (29/7/2016) malam pukul 20.00.

Setelah satu setengah jam kami berteduh, lantas perjalanan dilanjut saat hujan masih megetel sedih. Satu jam kemudian, tibalah di rumah sederhana bermaterial kayu balok dan bambu milik mertua Aji. Setelah bebersih, kopi hitam dan makanan berat disuguhkan. Dari sinilah niat mengunjungi Baduy yang sudah sangat sering diekspose itu benar-benar urung.

Di malam itu, Aji yang sehari-hari mengais rezeki di Pasar Tanah Abang sebagai juru tagih hutang, mengisahkan kedigdayaan jawara Banten di bidang ilmu mistik sambil sesekali menggesekkan batang golok ke telapak tangannya. Tak luka atau berdarah sedikit pun, padahal yang diasah ke kulit bagian tajamnya.

"Pertama syarat, kedua syariat, ketiga hakikat," kata dia sambil terus-terusan mengepulkan asap rokok Gudang Garam Filter dan menggoreskan golok di telapak tangannya.

Penjelasannya kata dia, saat ingin menuju ke suatu tempat, tentu butuh kendaraan. Itu syaratnya. Menyusul, kudu juga disetir atau dikendarai. Itu syariatnya.

"Terakhir, serahkan kepada Allah Subhanahuwwata'ala soal hasilnya. Itu hakikatnya," jelas Aji hingga akhirnya tersebutlah nama salah satu dukun sakti di sekitar wilayah itu. Abah Kamad namanya.

Segera nama itu diketikkan ke ponsel pintar meski sinyal sering naik turun karena memang wilayah tempat tinggal Aji masih didominasi hutan milik negara. Rupanya, terkenal juga nama Abah Kamad sebagai dukun pelet di jagat maya.

Kamad, tinggal di Kampung Dukuh Dapin, Desa Cibungur, Kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten. Perjalanan dari rumah mertua Aji ke sana membutuhkan waktu 20 menit menunggang motor trail. Besok paginya, Minggu 30 Juli 2016, pukul 09.00 WIB, saya mohon diri untuk mendatangi rumah dukun yang disebut-sebut manjur ajiannya itu.

Setibanya di desa yang dimaksud, meski sembarangan bertanya kepada siapa saja, semua orang tahu nama Abah Kamad.

"Permisi, numpang nanya, kalo rumah Abah Kamad di mana ya?" tanya saya kepada tiga orang yang sedang kongkow di depan warung kelontong yang di sebelahnya terdapat bengkel sepeda motor. Mereka, terdiri dari satu orang pria setengah baya dan dua ibu-ibu yang mungkin usianya sudah 40 tahunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun