Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Barbie Istana

5 September 2022   14:19 Diperbarui: 5 September 2022   14:23 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sumber Foto dari https://bit.ly/3cIb6t3"

Di antara arogan dan pandir pemuja palu seperti orang mabuk pemuas angkara birahi membabi-buta meraba kaki khatulistiwa

Menjalar ke dalam cangkang istana merajuk amuk seakan bijaksana serta merasa tidak amnesia merunduk merayu syahwat

Banyak boneka-boneka yang lucu nan imut mengelilingi jiwa-jiwa rakus dibalik tembok putih tanpa makna hanya bayang lusuh lesu

Bertingkah seolah peduli padahal rakyat tak dianggap bagai barang mati gelapkan mata bercorak pahlawan dalam sejarah

Di negeri yang begitu banyak drama haru apalah arti demokrasi jika masih hanya memihak ke kaum-kaum yang punya amplop

Kepakan sayap kebinatangan menghujam dada, angkara murka merajalela dan yang berbau senjata selalu menghantui sesama

Apalah arti sebuah kemerdekaan jika tangan-tangan oportunis terus mencari sensasi dari yang koalisi juga oposisi 

Di negeri hukumnya bisa dibeli dengan segepok kertas bertuliskan angka, korupsi sudah menjadi sebuah tradisi penuh cinta kasih, penuh kebebasan semu 

Undang-undang di lacuri layaknya istri muda baru tumbuh dewasa dikirim dari tanah surga 

Kebebasan berpendapat dan undang-undang sialan masih menggema di mana-mana, aparat dan UU ITE jadi tameng pembungkam suara, itulah negeri yang petingginya rela jadi boneka asing

Lantang dalam siaran-siaran televisi seolah bicara mewakili hati nurani rakyat, namun dibalik layar hobinya menindas dan gemar merampas memenuhi hasrat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun