Kalau kita baca peta politik paska Pemilu 2019, ada enam kekuatan di DKI.Â
Berdasarkan real count yaitu PDIP: 19,33 persen suara. PKS: 17.55 persen suara, Gerindra: 16.37 persen suara, PAN: 6.42 persen suara, Demokrat: 6.27 persen suara dan PSI: 5.85 persen suara.
Dari empat ini ada tiga yang punya kepentingan besar di DKI, yaitu PDIP, PKS dan Gerindra. Kemungkinan akan ada koalisi untuk memperebutkan korsi DKI-2 yang kosong. PDIP jelas tidak mungkin dapat jatah
Wagub DKI,Pilihan hanya dari Gerindra dan PKS. Yang jadi masalah adalah Gerindra sudah ada calon sendiri, yang pasti bukan dari PKS, Â yaitu kemungkinan kader yang baru masuk, Erwin Aksa.Â
Bagaimanapun Gerindra akan berjuang agar Erwin Aksa terpilih. Mengapa ? Karena sudah ada sinyal Gerindra akan menarik dukungannya untuk Anies.
Â
Anies berada di tengah pertarungan politik besar di DKI.
Yang riskan adalah Anies bukan kader partai manapun. Dia hanya orang yang "ngekos" di partai,untuk terpilih sebagai gubernur.
Jabatannya rentan untuk dipertahankan sampai akhir masa baktinya
Untuk itu Anies akan sangat mudah untuk dilengserkan dan senantiasa menjadi bulan bulanan partai besar,diantara banyak kepentingan partai yang ingin didahulukan.
Deal antar partai besar bisa saja terjadi. Skenario  melengserkan Anies dari DKI-1 mempunyai kemungkinan yang tinggi. "Apa sebab?" Gerindra tentu sangat ingin menaikkan kadernya,seperti waktu lalu, ngototnya M.Taufik ,yang begitu ingin merasakan berkantor di Balaikota dan PKS juga mempunyai keinginan yang sama.Â
Sementara jabatan hanya tersedia satu Nah agar semua kebagian maka jabatann DKI-1 juga harus digusur. "Bagaimana cara menggusurnya?" untuk menjatuhkan Anies itu jauh lebih mudah,Karena dia bukan siapa siapa.maka tidak akan banyak memunculkan masalah baru apabila dia diturunkan di tengah jalan