Sore itu cuaca sedikit mendung,dan lampu-lampu warung di dekat jalan utama agak temaram sinarnya,mungkin karena terserap oleh kabut dingin yang mulai turun.
Kulangkahkan kakiku dengan perlahan menuju warung Bi Edoh,sambil sesekali melompat kecil menghindari tanah becek yang diakibatkan curah hujan yang tinggi di Sukabumi pada bulan mei.
Beberapa langkah terakhir untuk sampai ke warung Bi Edoh,sendal jepit yang kupakai terlepas dari telapak kaki,karena kuatnya cengkeraman tanah yang sangat lekat pada sendal yang sudah beberapa bulan ini kupakai
"Hmmp " geramku pada keadaan
"Kang Basri,eta sendal tos alimeun di pake ku akang deui mereun"(barangkali sendal itu sudah ngga mau lagi dipergunakan oleh Kang Basri)kata Bi oneng sambil tertawa
Kulihat giginya yang sedikit agak tonggos makin tonggos dan kuning saja diterpa lampu warung
"Ya gimana lagi atuh Bi,sendalku cuman tinggal ini saja,mau ga mau ya dia harus mau menemaniku,dari pada nanti aku bikin jadi roda mobil-mobilan"ucapku setengah kesal
Kuhenyakkan pantatku pada bangku panjang dari kayu,yang pakunya udah bertonjolan keluar,bila diduduki agak bergoyang seperti mau patah
"Arek ngopi moal ?" (mau ngopi ngga?)tanya Bi Edoh dengan gerakan akan menggunting kopi sachet di atas kepalanya
"Moal Bi,menta cai haneut we,jang minum ubar,(ngga Bi minta air hangat saja untuk minum obat)jawabku sambil mengernyitkan mata dan kening  sedang menahan sakit
"Rieut sirah titadi teu acan sembuh keneh"(sakit kepala dari tadi belum sembuh juga )tambah ku dengan mengeluarkan sebutir Paramex dari kantong kecil celana jeans biru yang mulai memudar
Bi Edoh menyodorkan segelas penuh air teh hangat tepat di samping mukaku
"Ngalamun wae,tah iyeu cai na! sing geura cageur"(ngelamun saja nah ini airnya! Mudah-mudahn cepat sembuh)suara Bi Edoh agak tinggi dengan nada menasehati
"Nuhun Bi.."kusambut gelas yang tadi  hampir mengenai daun telingaku
"Dahar can?" tanya Bi Edoh yang sedang mengecilkan api kompor
"Sudah Bi,masih kenyang tadi habis makan gorengan"sahutku pelan
"Tong loba pikiran,jalankeun we hirup saayana,anu tos berlalu kenbae berlalu"(jangan banyak fikiran jalani saja hidup seadanya,yang udah berlalu biarkan berlalu)
Ucap Bi Edoh yang sudah seperti saudara bagiku,makan serta rokok sering dia kasih padaku dengan cuma-cuma,walau agak malu,tapi keadaan memang memaksa menerimanya
Adzan di mesjid sudah mulai terdengar,dan  sudah hampir dua tahun aku mengabaikan panggilan untuk menunaikan shalat tersebut,seperti tidak merasa bersalah,ku teruskan duduk di bangku warung itu.