Mohon tunggu...
Ingrit Dilla Farizna
Ingrit Dilla Farizna Mohon Tunggu... Penulis - Si gadis rumahan

Keraguan adalah kondisi yang tidak nyaman, tetapi kepastian adalah hal yang menggelikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secarik Ironis dari Diary Rakyat

3 Juli 2021   15:28 Diperbarui: 3 Juli 2021   16:01 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi-pagi begini senang hati bisa menghirup kembali oksigen gratis meskipun aku terpaksa menghirupnya bersamaan dengan timbunan polusi dari asap knalpot mobil dan motor masyarakat ibukota.  

Aku bingung harus mengawali dengan kata apa, padahal kopi mocca yang sedari tadi diseruput sudah terasa mulai mendingin. kali ini aku hanya ingat kata presiden ku, sebagai generasi aku harus mengenalkannya kepada dunia, bahwa: tanah ku ini adalah surga lho! Tentu bagi penduduknya termasuk pelancong-pelancong yang mendatangi juga. 

Awan biru, mega merah, pasir putih, gelombang ombak, rinai pohon, gemercik air sungai, hijau sawah, hingga ladang yang berceceran mudah dipandangi setiap detik mata berkedip. 

Ternyata begitu limpah ruah nikmat Tuhan di bumi khatulistiwa ini, tanah pribumi yang kaya dan indah katanya. Seperti mereka yang datang dari berbagai negara dengan sikapnya yang memang begitu ramah bahkan tanpa dosa menghirup udara di negeri ini dan mungkin saja mereka tidak mengetahui bahwa di sinilah nenek moyang mereka menikmati hanyir darah dari kelam nya sejarah.

Singkat saja sih, aku hendak mengenalkan tentang negri ku tercinta. Negri yang banyak akan sumber daya dan kekayaan alam yang berlimpah, tentunya aku dan para penduduk di negara ini sangatlah bersyukur dengan kehadirat rahmat Tuhan atas tanah kelahiran yang sering kami pijaki dengan alas kaki kami meskipun kapalan. 

Dari Sabang sampai Merauke dari ujung pulau Weh sampai batas titik terakhir pulau Rote anugerah yang terberkati tak kunjung henti-henti, ya..hasil kekayaan sumber daya alamnya seperti emas, perak, batu, permata, mutiara, minyak dan masih banyak lagi yang tersimpan rapih dalam buaian sayap garuda. 

Begitu pula tersimpan rapihnya para investor, koruptor hingga manusia uang yang berbaris untuk apel pagi di kantor kerakyatan ya...anggap sajalah mungkin dari dinas kementrian depkolektor yang turut hadir mewarnai NKRI. 

Negriku ini sangat lucu katanya. Entah anggapan dari mana itu namun memang benar terasa bahwa negriku memang lucu. Masyarakatnya senang hiburan dan segala hal pula bisa menjadi bahan candaan; entah politik, hidup masyarakat, keadilan manusia hingga berbentuk religius sekalipun bisa dianggap guyonan setiap hari di negri ini.  

Seperti semuanya adalah hal lucu, pikiran pun sepertinya ikut melayang pada intuisi dan ujung-ujungnya hanya kembali pada kepercayaan kata-kata si nenek moyang yang katanya "yang penting besok bisa makan". Begitu unik.

Berbeda-beda tetap satu tujuan. makna yang sangat besar tentunya untuk suatu negara kesatuan. Suku, agama, ras, budaya, dan kepercayaan yang dianut masing-masing orang menjadi khas keberagaman dari toleransi yang kuat. 

Namun, konfilk banyak yang tak berkesudahan dan perang saudara terkadang tak terelakan, pura-pura sajalah tidak mengetahui supaya tak panjang urusan. Begitu indah negri ini ditumbuhi bualan, kesarkasan, pembelaan, dan suara orang-orang yang hanya mengeluarkan HAHAHA sekalipun.

Negara yang dikenal sebagai Negara yang kaya namun statusnya dalam buku pelajaran kurikulum anak-anak sekolah masih tertera "negara berkembang". Negara yang hebat dengan segala keindahan alam yang banyak dieksploitasi oleh tangan kaki pendatang, oleh orang yang mau menempati, mempijaki, dan mungkin saja membuka lebar pikiran nya untuk menguasai.

Negara yang sudah merdeka dari 1945, namun hanya sebatas kata yang menjadi nama dari status kegembiraan rakyat yang tertutup. Sudah lama viral bukan kata ''tanah ku sewa, air ku juga masih beli" realita memang betul. Merdeka dari mana kalo kebutuhan rakyat pun banyak ditunda. Mata kita telah lama disakiti beton-beton infrastruktur, tapi BPJS untuk rakyat pun tak bisa mengobati sakit mata yang telah terbentur itu. Itu yang dinamakan MERDEKA kah ? 

Setelah menjadi ultimatum lalu apa yang dimaksud dengan merdeka? tanahku ini masih saja diambang kemiskinan yang meninggi, masih adanya pemberotakan dan diskriminasi yang menindas satu sama lain, dan korupsi bertebaran menjadi kenikmatan bagi sebagian aparaturnya. Maka hal tersebut tidaklah bisa kita katakan sebagai merdeka. Sebab, rakyatnya saja masih berada dalam kategori menderita. 

Katanya sih telah merdeka berpuluh-puluh tahun silam. Tapi apakah telah benar-benar merdeka? apakah benar negaranya sudah tak berduka di atas penderitaan dan penjajahan luka? Betul kita sudah banyak menyaksikan bahwa keadilan sepertinya mulai mengendur atau sumber pangan yang nilai jualnya lebih tinggi dari hasil pendapatan, tapi tak apalah...lain waktu kita bahas solusinya.

Terakhir dari cerita ini aku teringat bait puisi yang ku tulis minggu pagi, kira-kira bunyinya sih seperti ini;

Sukma muda menyuara
Apakah aku berhak hidup di bumiputera
Tentang tangan-tangan penguasa
Apakah berhak aku tumbuh merdeka disurga
Untuk bait yang menyelundup 
Untuk mata yang semakin meredup
Sayang, jangan menangis hari ini
Kita pasti bangkit!
Meski perih, mari melawan luka bersama
Sepanjang peradaban mu dan sepanjang masa ku
Sebab, aku di samping mu setiap waktu 

Sudahlah...

Banyak lagi sebenarnya tentang negriku. Singkat saja ya ku kenalkan ia dalam secarik tulisan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun