Sungguhkah Orang Berotot Itu Kuat?

SUNGGUHKAH ORANG BEROTOT ITU KUAT?

Di pagi hari nan cerah hari ini, saya melihat halaman Facebook miliki saya. Di sana, saya menemukan postingan seorang teman Facebook dengan sebuah foto pribadinya yang berada di pelabuhan dan sedang menanti bersandarnya kapal. 

Namun yang sangat menarik perhatian bagi saya adalah tulisan yang dandingkan bersama gambar tersebut;

"Aku sedang membandingkan diriku dengan kapal itu. Benda yang terbuat dari baja, namun dan tak bernafas tapi punya nyali menolong banyak nyawa, menyeberangkan banyak jiwa dari ujung labuhan. Aku ini makluk ciptaan mulia, punya rasa akhlak, Apa kapal itu lebih baik dari aku?"

Membaca tulisan status ini, saya langsung tahu dan mengerti apa yang dimaksudkan. Status ini tidak lain adalah perasaan yang sedang bergejolak dalam dirinya. 

Di tengah karir yang cukup cemerlang mendampingi rekan se-tim hingga ke kancah nasional, tiba tiba sang istri menghadap sang khalik dan kemudian diikuti oleh putri kecilnya.

Setelah membaca dan mencoba mengerti status ini, saya kemudian mencoba meneguhkan dengan memberi komentar dan komentar saya juga di sambut baik;

Terkadang, membandingkan tidak sesuai dengan harapan, tetapi merefleksikan hidup membuat diri pantas untuk dihidupi. Semangat. Terkadang yang kita buat saat ini belum bisa tampak, tetapi sejarah dan zaman mencatatnya untuk ditampilkan di kemudian hari.

Cerita di atas adalah cerita yang sungguh saya alami hari ini. Namun sepanjang saya bekerja hari ini, saya terus terpikir dan berefleksi juga terhadap apa yang saya alami. Pikiran dan refleksi ini saya beri tema: SUNGGUHKAH ORANG BEROTOT ITU KUAT?

Sesungguhnya di balik badan yang sungguh tegar dalam setiap pekerjaan, kadang kala hati sungguh remuk redam. Semua ini bukannya tidak mempunyai alasan yang masuk akal. 

Akan tetapi, apa yang dipikirkan sungguh di luar dugaan. Kondisi ini tidak menilai bahwa orang yang punya otot besar mampu untuk kuat menghadapi semua kondisi. 

Orang yang bisa merefleksikan semua kejadian yang dialami kemudian menerima dan mensyukurinya, hanya itulah yang kuat menghadapi semua kondisi yang ada.

Setiap malam saat saya dan istri bercerita tentang apa yang dialami sepanjang hari dalam dunia pekerjaan, banyak hal yang membuat rasa iri dalam hati. 

Pertanyaan yang sering sekali terlontar hanyalah: "Mengapa harus begitu yang terjadi pada saya (kami), mengapa orang lain tidak?" 

Pertanyaan ini sering kali tidak bisa terjawabkan, malah justru menimbulkan rasa sakit yang mendalam. Akan tetapi, jika pertanyaannya dirubah menjadi "Apakah Tuhan punya rencana lain di balik kejadian ini?" dengan cepat ditemukan jawaban serta penerimaan dan rasa syukur atas apa yang dialami dapat ditemukan.

Pada akhirnya, hidup yang tidak pernah direfleksikan itu tidak layak untuk dihidupi. Namun merefleksikan hidup dengan mengedepankan penerimaan dan rasa syukur, hidup yang dijalani menjadi sangatlah indah.