Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wahai Perantau Berperilaku Berisiko, Ketika Mudik Janganlah Sebarkan HIV/AIDS di Kampung Halamanmu

1 Juli 2016   11:00 Diperbarui: 1 Juli 2016   13:37 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana tradisi yang sudah mengakar, maka pada Lebaran semua perantau akan pulang kampung (mudik). Di antara perantau itu ada pekerja seks komersial (PSK) langsung, PSK tidak langsung, cewek kafe, cewek pemijat, cewek penghibur, dll., serta laki-laki dengan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS yang juga ikut mudik. 

Data yang dikeluarkan oleh Ditjen PPM , Kemenkes RI, tanggal 18 Mei 2016, dilaporkan sejak 1987 sampai Maret 2016 kasus HIV yang dilaporkan 198,219, sedangka kasus AIDS 78,292 dengan kematian 1.142. Kasus HIV dan AIDS ini tersebar di seluruh wilayah Nusantara.

Perantau yang perilakunya berisiko tertular HIV/AIDS bukan omong-kosong karena mobilitas PSK yang sangat tinggi dan industri seks terselubung yang marak di banyak kota besar, terutama kota yang berkembang karena industri. Lagi pula, ada lima kota yang menjadi tujuan laki-laki melakukan ‘wisata seks’ dunia, yaitu: Puncak, Jabar (dari Timur Tengah dan Afrika Utara), Cilegon, Banten, dan Cikarang, Jabar (dari Korea), Singkawang, Kalbar (Taiwan), dan Batam, Kepri (Singapua dan Malaysia).

Maka, tidaklah mengherankan kalau di Batam ada PSK dari berbagai daerah di Indosia. Bahkan, tahun 2005, misalnya,  ribuan perempuan asal Indramayu, Jabar jadi PSK (6.300 Wanita Indramayu Jadi PSK di Pulau Batam. Mereka Merasa Menjadi Pahlawan Ekonomi Keluarga (Harian “Pikiran Rakyat”, 11/11-2005).

Di Papua pun PSK berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi. Di daerah lain pun sama saja. Mereka ini sangat rentan tertular HIV/AIDS karena kegiatan pelacura di banyak daerah tidak lagi dikontrol melalui regulasi sehingga tingkat risiko tertular HIV sangat tinggi.

Bisa saja ada di antara mereka yang tertular HIV/AIDS di rantau karena perilaku mereka, yaitu:

(1) Perantau laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual di dalam dan di luar nikah tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti,  

(2) Perantau laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan, seperti PSK langsung, PSK tidak langsung atau cewek kafe, cewek pemijat, cewek penghibur, dll.,

(3) Perantau perempuan yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, di dalam nikah (kawin kontrak, nikah siri, dll.) dan di luar nikah (selingkuh, PIL, dll.), atau

(4) Perantau perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) yang mengalami perlakuan kekerasan seksual atau bujuk-rayu majikan untuk melakukan hubungan seksual dengan kondisi majikan tidak memakai kondom.

Karena perempuan perantau itu tidak menyadari bahwa mereka mengidap HIV/AIDS, maka ada risiko penularan HIV ke suami mereka di kampung. Risiko penularan terjadi karena suami mereka tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual suami-istri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun