Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Korsel Uji Coba Alat yang Beritahu Tempat Duduk Prioritas di Angkutan Umum

12 Juni 2016   18:37 Diperbarui: 12 Juni 2016   19:19 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://adventuresofpippi.wordpress.com/

Di Kota Busan, Korea Selatan, sejak April 2016 sedang dilakukan uji-coba sebuah peralatan dengan sensor nirkabel yang memberitahu penumpang di sekitar yang membawa alat tsb. adalah seorang perempuan yang hamil (VOA Indonesia, 6/6-2016). Penumpang kereta api bawah tanah (MRT) akan melihat tanda merah di ponselnya sebagai indikator bahwa kursi yang didudukinya adalah kursi prioritas untuk perempuan hamil. Sinya itu dipantulkan dari peralatan elektronik yang ditempelkan di penyangga kursi.

Melihat gelagat sebagian besar penumpang KRL (Kereta Rel Listrik, sekarang disebut Commuter Line) dan penumpang bus Transjakarta (busway) sudah saatnya peralatan itu dikembangkan oleh PT KAI dan Transjakarta. Soalnya, tanda-tanda khusus (rambu-rambu) yang menunjukkan ‘pemilik’ tempat duduk untuk penyandang disabilitas, perempuan hamil, manula/lansia, dan perempuan yang membawa anak-anak di KRL dan Busway tidak mempan karena yang tidak berhak duduk di kursi itu pura-pura tidur atau menyibukkan diri dengan ponsel.

Sering juga terjadi kondektur Busway terpaksa meminta penumpang yang duduk untuk memberikan tempat duduk kepada yang lebih berhak.

Pak, mau duduk. Biar saya carikan,” kata kondektur cewek di salah satu koridor Busway sambil melirik penumpang yang duduk di kursi-kursi yang diperuntukkan bagi manula.

“Tidak, Mbak. Terima kasih.”

Soalnya, pengalaman menunjukkan penumpang yang diminta berdiri selalu menggerutu. Tentu saja sumpah serapah yang ada di hatinya. Muka merengut dan menghembuskan napas dengan keras. Huuuussssssssssss ....

Itu justru bisa jadi sumber ‘dosa’ dan ketidaknyamanan. Bahkan, kalau tidak salah tahun lalu seorang cewek marah-marah dan memaki perempuan hamil yang berdiri di depannya melalui media sosial (Path). Kata cewe itu dia sengaja pagi-pagi dari rumah supaya dapat tempat duduk, maka perempuan hamil itu pun dia minta harus memahami kerja kerasnya dan berharap perempuan hamil pun seperti dia.

Hujatan dengan mem-bully cewek itu akhirnya cewek itu meminta maaf melalui akun Path dia. Semoga kelak ketika dia hamil mengalami hal yang sama supaya nyahok (sadar kata orang Betawi).

Memang, yang berhak atas kursi prioritas itu bisa saja menegur, tapi akan membuat masalah karena ada juga yang keras kepala dan menganggap dia juga berhak duduk karena sudah membayar ongkos.

Kesetiakawanan dan toleransi sudah sangat jauh dari sikap hidup keseharian sebagian besar masyarakat Indonesia. Apalagi dengan adanya ponsel pintar yang memungkinkan koneksi secara langsung tanpa henti membuat banyak orang masuk kategori, disebut oleh Harian “KOMPAS”, sebagai ‘generasi nunduk’. Mereka ini hanya melihat layar ponsel dengan menunduk lagi duduk bahkan lagi berjalan kaki.

Banyak orang tidak lagi peduli pada sekitarnya karena mata dan pikirannya tercurah pada layar ponsel. Kondisi ini salah satu faktor yang menyuburkan intoleransi. Seseorang yang duduk dan sibuk dengan ponsel pintarnya seakan mengklaim dirinya sebagai penguasa di tempat duduk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun