Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dalang Sosialiasi AIDS: Yang Mendesak Turunkan Insiden Infeksi HIV Baru Bukan Sosialiasi Bahaya AIDS (Lagi)

7 Agustus 2016   13:12 Diperbarui: 7 Agustus 2016   13:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: solopos.com)

“Tugas dalang kini bertambah. Pemkab meminta para dalang untuk menyosialisasikan bahaya penyakit HIV/AIDS.” Ini ada di berita “Dalang di Kabupaten Kebumen Diminta Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS” (Radar Banyumas, 5/8-2016).

Sosialisasi bahaya HIV/AIDS sudah dilakukan jauh-jauh hari sejak kasus HIV/AIDS terdeteksi (1981). Tapi, tetap saja banyak orang yang tidak mengindahkan sosialisasi karena mitos (anggapan yang salah) yang membalut HIV/AIDS sehingga fakta tentang HIV/AIDS pun ‘terkubur’.

Misalnya, penularan HIV selalu dikait-kaitkan dengan (pelanggaran) norma, moral dan agama. Padahal, sebagai virus HIV menular melalui cara-cara yang tidak terkait langsung dengan norma, moral dan agama. Lihat saja penularan HIV melalui transfusi darah dan jarum suntik. Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan pelanggaran norma, moral dan agama. Begitu juga dengan penularan HIV di dalam ikatan pernikahan yang sah sama sekali tidak terkait dengan pelanggaran norma, moral dan agama.

Akibat dari informasi HIV/AIDS yang dibalut dengan nomor, moral dan agama itu banyak orang yang kemudian lalai karena mereka merasa tidak melakukan pelanggaran moral, seperti kawin-cerai dan kawin kontrak. Padahal, dua hal ini merupakan perilaku yang berisiko tertular HIV karena hubungan seksual dilakukan dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan.

Informasi HIV/AIDS lain yang juga dibalut dengan norma, moral dan agama adalah mengait-ngaitkan penularan HIV dengan lokasi atau kokalisasi pelacuran dan pekerja seks komerisal (PSK). Maka, lokasi dan lokalisasi pelacuran pun ditutup di semua daerah.

Tapi, apa yang terjadi kemudian?

Penyebaran IMS (infeksi menular seksual atau yang lebih dikenal sebagai ‘penyakit kelamin’, seperti raja singa/sifilis, kencing nanah/GO, virus hepatitis B, klamidia, herpes genitalis, dll.) dan HIV/AIDS pun tidak terkendali karena praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu. Ketika PSK dilokalisir bisa dilakukan intervensi berupa memaksa laki-laki memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Dampak lain adalah banyak laki-laki yang merasa tidak berisiko tertular HIV/AIDS karena mereka tidak melakukan hubungan seksual dengan PSK di lakasi atau lokalisasi pelacuran. Mereka melakukan hubungan seksual dengan cewek kafe, cewek pemijat, anak sekolah, ayam kampus, dll. Ini dikenal sebagai PSK tidak langsung. Tapi, yang perlu diingat adalah perilaku seksual PSK langsung (PKS yang kasat mata yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran)  dan PSK tidak langsng terkait dengan HIV/AIDS sama saja yaitu berisiko tertular HIV.

Pertanyannya adalah dengan kondisi yang ada: Apa yang akan dilakukan dalang sebagai sosialisasi bahaya HIV/AIDS?

Tentu saja tidak ada karena yang diperlukan bukan sosialisasi bahaya HIV/AIDS, tapi langkah nyata yaitu menurunkan jumlah insiden infeksi HIV baru pada laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung.

Di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, jumlah kasus HIV/AIDS yang terdeteksi adalah 551 dengan 187 kematian. Angka ini tidak menggambarkan kasus HIV/AIDS yang sebenarnya di Kab Kebumen karena banyak orang yang mengidap HIV/AIDS tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV. Orang-orang inilah yang akan jadi mata rantai menyebarkan HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun