Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Revisi Perda AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta Bekerja di Hilir

31 Oktober 2022   16:18 Diperbarui: 31 Oktober 2022   16:25 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: medicalfacts.it)

Ide pembuatan Perda AIDS di Indonesia adalah program 'wajib kondom 100 persen' di Thailand, tapi program tidak diadopsi dengan akurat yaitu soal penegakan hukumnya.

Baca juga: Perda AIDS di Indonesia: Mengekor ke Ekor Program Penanggulangan AIDS Thailand

Di Thailand tempat-tempat pelacuran diberikan izin usaha. Secara rutin dilakukan survailans tes IMS (infeksi menular seksual, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis dan lain-lain). Jika ada PSK yang terdeteksi mengidap IMS, pengusaha diberikan peringatan mulai dari teguran sampai pencabutan izin usaha. Maka, germo akan memaksa semua laki-laki memakai kondom jika melakukan hubungan seksual dengann PSK di tempat usahanya.

Di Indonesia yang diberikan sanksi justru PSK sampai ada dihukum penjara. Ini tidak menyelesaikan masalah karena germo akan memaksa PSK melayani laki-laki yang tidak mau memakai kondom jika melakukan hubungan seksual.

Terkait dengan warga yang tidak memikirkan risiko tertular HIV/AIDS terjadi karena materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama. Akibatnya, KIE hanya merupakan mitos (anggapan yang salah) tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.

Misalnya, mengait-ngaitkan pergaulan bebas, seks bebas, zina, melacur dan lain-lain dengan penularan HIV/AIDS.

Padahal, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (pergaulan bebas, seks bebas, zina, melacur dan lain-lain), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (lihat matriks sifat dan kondisi hubungan seksual terkait risiko tertular HIV/AIDS).

Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia)
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia)

Selama KIE tentang HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama, maka selama itu pula masyarakat tidak memperoleh informasi yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.

Akibatnya, kasus baru terus terjadi yang selanjutnya warga yang baru tertular HIV/AIDS dan tidak terdeteksi menyebarkan HIV/AIDS di masyarakat tanpa mereka sadari. Hal ini terjadi karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri dan gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-10 tahun setelah tertular HIV/AIDS).

Penyebaran HIV/AIDS itu bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS.' *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun