Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Simalungun Sumut Disebut Berkeliaran

6 Oktober 2022   00:07 Diperbarui: 6 Oktober 2022   00:07 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: harborlighthospice.com)

Sedangkan perilaku nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah:

(11). Laki-laki dan perempuan yang pernah atau sering menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV,

(12). Laki-laki dan perempuan yang pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bersama-sama dengan bergiliran pada penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik, karena bisa saja ada di antara mereka yang mengidap HIV/AIDS sehingga darah yang mengandung HIV bisa masuk ke jarum dan tabung.

Maka, biar pun pengidap HIV/AIDS banyak dan, maaf, 'berkeliaran' tidak akan terjadi penularan HIV/AIDS kalau tidak melakukan salah satu atau beberapa perilaku berisiko di atas.

Dalam berita disebutkan: Bagi masyarakat yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan ....

Ini ngawur. Tidak semua orang (masyarakat) harus menjalani tes HIV karena tidak semua warga pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku berisiko di atas.

Maka, anjuran yang pas adalah: Siapa saja yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan nonseksual berisiko dianjurkan untuk tes HIV secara sukarela.

Disebutkan pula: .... anggota dewan yang tergabung dalam Banggar seperti Bonauli Rajagukguk dan Johanes Sipayung meminta pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk gencar melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang HIV/AIDS.

Sosialisasi dan penyuluhan tentang HIV/AIDS sudah dilakukan sejak 35 tahun yang lalu, tapi hasilnya nol besar.

Hal itu terjadi karena materi HIV/AIDS dalam komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis tentang HIV/AIDS, sebaliknya menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Misalnya, mengait-ngaitkan sifat hubungan seksual yaitu 'seks bebas,' pergaulan bebas, zina, seks pranikah, selingkuh, melacur dan homoseksual dengan penularan HIV/AIDS. Padahal, sesuai fakta medis penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan kaena sifat hubungan seksual, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak pakai kondom (Lihat matrik sifat dan kondisi hubungan seksual).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun